Jumat 29 Jun 2018 19:23 WIB

BPR dan Fintech Dapat Berkolaborasi

Kerja sama BPR dan fintech dapat dilakukan dengan dua model

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Nidia Zuraya
Fintech Lending. Ilustrasi
Foto: Google
Fintech Lending. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Persatuan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Joko Suyanto mengatakan, BPR dapat bergandengan dengan perusahaan teknologi finansial atau Financial Technology (Fintech) untuk mengembangkan bisnis. Menurutnya, BPR dan fintech memiliki model bisnis yang berbeda namun dapat berkolaborasi dalam penggunakan teknologi digital.

"Baik fintech, BPR, maupun bank umum memiliki model bisnis yang berbeda. Yang memungkinkan adalah kolaborasi tiga pihak ini di bidang teknologinya," kata Joko dalam diskusi bertema “Membangun Ekosistem Baru Antara Bank Umum, BPR dan Fintech" di Jakarta, Jumat (29/6).

Joko menjelaskan, kerja sama BPR dan fintech dapat dilakukan dengan dua model. Pertama, ujarnya, adalah fintech menyediakan platform sementara BPR menjadi kreditur dan juga menyediakan debitur. Selain itu, fintech dapat menyediakan platform serta debitur sementara BPR menjadi krediturnya.

"Model kerja sama itu bagus dan kita tidak ada persoalan," kata Joko.

Saat ini, Joko mengaku, BPR dan fintech tengah menjajaki pengembangan teknologi yang tepat untuk mendukung model bisnis masing-masing pihak. "Cuma teknologi yang tepat itu apa untuk dikembangkan. Nah, itu yang sedang dijajaki saat ini," katanya.

Sementara itu, Perusahaan Fintech berbasis peer to peer lending Modalku membuka peluang bekerja sama dengan BPR terutama untuk mendorong akses pembiayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Head of Micro Business Modalku Sigit Aryo Tejo mengatakan, BPR memiliki kekuatan kedekatan dengan masyarakat terutama di daerah. "Tinggal bagaimana mekanisme kerja sama dan payung hukumnya untuk kerja sama itu," kata Sigit.

Sigit mengaku, Modalku dan BPR memiliki fokus yang sama yakni pengembangan UMKM. Oleh karena itu, ia meyakini dua pihak tersebut dapat berkolaborasi dan memberikan dukungan untuk UMKM.

Sementara itu, Sigit optimis Modalku dapat menyalurkan pinjaman hingga akhir tahun mencapai Rp 2,5 triliun di tiga negara. Seperti diketahui, Modalku beroperasi di Indonesia, Singapura, dan Malaysia.

Hingga Juni 2018, Modalku mampu menyalurkan pinjaman hingga Rp 1,7 triliun. "Karena sekarang sudah Rp 1,7 triliun, kami yakin bisa Rp 2 hingga 2,5 triliun di akhir tahun. Untuk di Indonesia sudah tersalurkan Rp 900 miliar," kata Sigit.

Modalku juga mencatat tingkat kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) saat ini adalah 1,29 persen. Untuk NPL khusus di Indonesia, sebesar 0,6 persen.

Analis Eksekutif Senior Deputi Komisioner Pengawas Perbankan IV Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Roberto Akyuwen mengatakan, saat ini mayoritas BPR sudah melakukan komputerisasi. Ia menyebut, 94 persen BPR sudah melakukan komputerisasi dan 75 persen telah melakukan komputerisasi secara terintegrasi.

Roberto menyarankan, BPR dapat bekerjasama dengan fintech untuk mengoptimalkan sistem Teknologi Informasi. Hal itu guna menjaga efisiensi biaya operasional yang timbul dari pengembangan TI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement