Jumat 06 Jul 2018 18:56 WIB

Dinas PUPR Indramayu Salurkan Air untuk Petani

Petani diminta tidak mempermainkan penggelontoran air agar semua kebutuhan terpenuhi.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Friska Yolanda
Seorang petani menanam biji palawija di areal sawah yang mengering di Indramayu, Jawa Barat, Selasa (7/7).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Seorang petani menanam biji palawija di areal sawah yang mengering di Indramayu, Jawa Barat, Selasa (7/7).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Penggelontoran air untuk menyelamatkan ribuan hektare tanaman padi yang kekurangan air di Kabupaten Indramayu mulai dilakukan. Para petani pun diminta untuk mentaati tata gilir air.

"Mulai hari ini sampai 10 hari ke depan, lahan yang terancam kekeringan kita prioritaskan untuk mendapat pasokan air," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Indramayu, Omarsyah, Jumat (6/7). 

Lahan tanaman padi yang terancam kekeringan tersebar di Kecamatan Cikedung seluas 455 hektare, Kecamatan Losarang 3.300 hektare dan Kecamatan Kandanghaur sekitar 2.000 hektare. Omarsyah mengatakan, penyaluran air diupayakan menjangkau daerah-daerah paling ujung dari layanan irigasi dengan cara penjadwalan. Meski memang, pihaknya tidak bisa menjamin 100 persen tidak adanya oknum yang mempermainkan penggelontoran air.

Ia melanjutkan, asalah air di musim tanam gadu (kemarau) salah satunya disebabkan oleh tidak taatnya petani pada tata gilir air yang sudah ditentukan. Dia menyebutkan, dari luas tanam 108 ribu hektare, lahan yang mendapat jaminan pasokan air irigasi di musim gadu sebenarnya hanya 63 persen.

Selain itu, Omarsyah pun mengakui, kegiatan pembangunan venue canoe untuk Asian Games di saluran induk Cipelang Bendung Rentang, Majalengka, juga mempengaruhi tersendatnya pasokan air irigasi di sejumlah daerah di Kabupaten Indramayu. Padahal, bendung tersebut menjadi sumber pengairan irigasi di Kabupaten Indramayu.

Selain itu, saluran irigasi yang membentang mulai dari Bendung Rentang hingga Indramayu pun hingga kini tak sedikit yang bermasalah. Karenanya, saluran tersebut belum siap untuk menampung debit air secara maksimal dari Waduk Jatigede.

Dalam kesempatan yang sama, perwakilan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung, Kasno, menegaskan, ketersediaan air untuk irigasi sebenarnya cukup. Namun, masalah tata gilir air selama ini tidak ditaati oleh petani.

Kasno mengakui, saluran irigasi di BBWS Cimanuk Cisanggarung memang banyak yang kritis. Dia menyebutkan, ada 599 titik di saluran irigasi yang kritis, seperti sedimentasi tinggi, pintu air rusak maupun tanggul terancam jebol.

"Kita perbaiki secara bertahap dengan melihat skala prioritas kerusakannya," kata Kasno.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement