REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyebutkan, sampai Juni 2018, total penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) baik mikro maupun ritel sebesar Rp 44,4 triliun. Jumlah itu mencapai 56 persen dari target 2018 yang sebesar Rp 79,7 triliun.
"Realisasi KUR mikro BRI sampai Juni 2018 sebesar Rp 38,9 triliun. Sedangkan KUR ritel sebesar Rp 5,5 triliun," ujar Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo kepada Republika.co.id, Ahad, (15/7).
Menurutnya, realisasi tersebut masih sesuai jalur (on track) dengan target KUR mikro tahun ini yang sebesar Rp 68,9 triliun. Kemudian, target KUR ritel sebesar Rp 10,6 triliun.
Lebih lanjut, kata dia, BRI menjaga efisiensi melalui digitalisasi proses bisnis mikro. Terutama dalam proses pemberian kredit termasuk KUR dengan implementasi aplikasi BRIspot mulai Januari 2018. "Dengan aplikasi ini, proses pemberian kredit akan lebih cepat. Sekaligus dapat meningkatkan produktivitas tenaga pemasar," ujar Haru.
Baca juga, Bank Sumut Ajukan Penambahan Kuota KUR.
Selain itu, ia mengatakan, BRI terus melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan perolehan CASA yang bisa menekan cost of fund BRI. Hal itu, menurutnya perlu dilakukan di tengah tren kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) selama beberapa bulan terakhir.
Perlu diketahui, dalam waktu berdekatan, BI telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 100 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen. Hanya saja bunga KUR tidak berubah dan tetap tujuh persen.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menyatakan, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) terus meningkat. Sampai kuartal II 2018, perseroan telah menyalurkan KUR sebanyak 65 persen dari target.
Target KUR BNI tahun ini pun sebesar Rp 13,5 triliun. "Prosentase ini, pencapaiannya tertinggi di antara bank-bank penyalur KUR," ujar Direktur Bisnis Kecil dan Jaringan BNI Catur Budi Harto kepada Republika.co.id Ahad, (15/7).
Lebih lanjut, ia menjelaskan, meski tren suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) tengah naik, namun bunga KUR belum berubah. Sampai sekarang, pemerintah masih menetapkannya sebesar tujuh persen.
Maka, bank perlu melakukan efisiensi dalam penyaluran KUR. "Efisiensi dan kecepatan dalam penyaluran dan kecepatan dalam penyaluran kita upayakan dengan tetap memperhatikan kualitas kredit," jelas Catur.
Efisiensi serta kecepatan, kata dia, dilakukan melalui penggarapan sistem cluster, pemanfaatan teknologi aplikasi, serta sistem scoring. "Kami juga memanfaatkan value chain dengan nasabah menengah maupun korporasi," tuturnya.
Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta menambahkan, kualitas (penyaluran KUR) juga baik. "Ditambah bunganya sekarang relatif masih cukup efisien," katanya.
Sebagai informasi, per Mei 2018, pemerintah mencatat realisasi penyaluran KUR sebesar Rp 57,61 triliun ke 2,2 juta debitur. Adapun target KUR sepanjang 2018 yakni mencapai Rp 120 triliun.