Senin 16 Jul 2018 13:00 WIB

Sekitar 200 Terduga Teroris Ditangkap Usai Bom Surabaya

Sebanyak 20 di antaranya ditembak mati.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Muhammad Hafil
Polisi berjaga saat pemindahan jenazah terduga pelaku teror dari ruang pendingin ke ambulans di RS Bhayangkara, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (18/5). Sebanyak tiga jenazah terduga teroris pada ledakan bom di rusunawa Wonocolo Sidoarjo tersebut dipindahkan dan rencananya akan dimakamkan di sebuah permakaman di Sidoarjo.
Foto: Antara
Polisi berjaga saat pemindahan jenazah terduga pelaku teror dari ruang pendingin ke ambulans di RS Bhayangkara, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (18/5). Sebanyak tiga jenazah terduga teroris pada ledakan bom di rusunawa Wonocolo Sidoarjo tersebut dipindahkan dan rencananya akan dimakamkan di sebuah permakaman di Sidoarjo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian mengungkapkan, pascakejadian teror bom yang terjadi di Surabaya, jajarannya telah mengamankan ratusan terduga teroris. Bahkan, 20 di antaranya tewas lantaran ditembak polisi.

Penangkapan tersebut merupakan pengembangan dari peristiwa bom di Surabaya. Yang terakhir, aparat kepolisian melakukan tindakan tegas terhadap tiga terduga teroris di Yogyakarta. Selain itu, hasil tersebut juga berkaitan dengan penangkapan terduga teroris terkait dengan penyerangan Mapolres Indramayu.

"Pengembangan kasus bom Surabaya 194 plus kemarin tiga tertembak 197. Kemudian di Indramayu ya, itu sudah ditangkap lagi ada sembilan lanjutan dari dua orang yang mau menyerang Polres," ujar Tito.

Baca juga: Terduga Teroris ISIS Berkomunikasi Lewat Telegram

Baca juga: Densus 88 Amankan Tiga Terduga Teroris di Gorontalo

Tito menjelaskan, tindakan tegas Detasemen Khusus 88 Antiteror merupakan salah satu cara untuk membuat para anggota kelompok teroris di Indonesia menjadi jera. Menurut Tito, para terduga teroris bukanlah pelaku kejahatan biasa sehingga penindakannya harus dengan cara yang luar biasa.

"Pelaku yang mereka siap mati. Oleh karena itu, jangan mengambil risiko. Kalau mereka mengancam petugas, membahayakan masyarakat itu diatur PBB," ujar Tito.

Tito mengklaim, tindakan tegas dilakukan karena para pelaku kerap melakukan perlawanan pada petugas. Dikhawatirkan, perlawanan para pelaku dapat melukai petugas. "Mereka melawan, kami sikat. Karena melawan petugas, membahayakan petugas, berani menyerang dan petugas luka, Anda akan berhadapan juga dengan kekuatan yang mematikan," kata Tito menegaskan.

Baca juga: Densus 88 Amankan Empat Terduga Teroris ISIS

Baca juga: Polisi Tembak Mati Dua Terduga Teroris di Depok

Rentetan ledakan bom yang terjadi di Surabaya pada awal Mei 2018 lalu. Di antaranya, di tiga gereja yang berada di Surabaya, yakni Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel, Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno, dan Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro. Setelah terjadi ledakan di rumah susun (rusun) belakang Polsek Taman Sepanjang, Sidoarjo. Lalu, aksi bom bunuh diri kembali terjadi di pintu masuk Mapolrestabes Surabaya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement