REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Minangkabau memprediksi jumlah titik panas di Sumatra Barat cenderung berkurang dalam dua hari ke depan. Pengurangan titik panas yang mengindikasikan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) bisa terjadi karena curah hujan di wilayah Sumatra Barat akan meningkat dalam beberapa hari nanti.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Minangkabau Yudha Nugraha menjelaskan, dinamika atmosfer yang mendorong pembentukan awan hujan terjadi di wilayah pesisir dan tengah Sumatra Barat. Wilayah itu termasuk juga di wilayah yang terdapat titik panas, seperti Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Pasaman, dan Kabupaten Sijunjung.
Yudha menyebutkan, dalam dua hari terakhir jumlah titik panas memang sempat meningkat karena cuaca kering. Berdasarkan pantauan satelit oleh BMKG pada Selasa (24/7), hotspot terpantau muncul sebanyak empat titik, yakni di daerah Rao Mapat Tunggul, Pasaman dengan tingkat kepercayaan tinggi dan tiga titik lain dengan tingkat kepercayaan menengah tersebar di Pasaman dan Sijunjung.
"Memang sempat meningkat titik panas dalam dua hari ini, namun proyeksi dua hari ke depan kondisinya akan berbalik. Potensi curah hujan muncul di wilayah yang saat ini ada hotspotnya," ujar Yudha, Selasa (24/7).
Berdasarkan pantauan BMKG selama beberapa hari belakangan, titik panas di Sumatra Barat selalu muncul di daerah yang mendekati perbatasan Sumbar dengan Riau, seperti Pasaman, Limapuluh Kota, Sijunjung, dan Dharmasraya. Risiko munculnya titik panas juga cukup tinggi di Pesisir Selatan mendekati Bengkulu.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengingatkan agar tak ada lagi gangguan asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Terjadinya asap karhutla, kata Jokowi, akan sangat mengganggu penyelenggaraan Asian Games 2019 pada Agustus mendatang, serta merusak citra negara sebagai tuan rumah. Presiden meminta daerah menyiapkan sumber daya manusia serta satgas dan serta mempersiapkan peralatan penanganan karhutla.