Senin 30 Jul 2018 17:37 WIB

Ahad Pagi yang Mencekam di Gunung Rinjani

Batu-batu berjatuhan dengan debu yang beterbangan menambah mencekam suasana

Kondisi Gunung Rinjani pada Senin (30/7) yang masih terjadi longsor.
Foto: Basarnas Mataram
Kondisi Gunung Rinjani pada Senin (30/7) yang masih terjadi longsor.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhammad Nursyamsi

Uspi (28 tahun) tidak pernah menyangka peristiwa gempa bumi berkekuatan 6,4 skala Richter terjadi pada Ahad (29/7). Apalagi, saat peristiwa terjadi, Uspi yang juga seorang pramuantar sedang berada di atas Gunung Rinjani. Profesi itulah yang membuat Uspi di sana menemani para pendaki asal Thailand.

Ditemui di Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Uspi menceritakan suasana mencekam di atas gunung. Ia menyebutkan, getaran gempa di Gunung Rinjani sangat terasa. "Pada tiarap. Kalau orang yang berdiri juga enggak kuat karena akan jatuh," ujarnya.

Uspi menceritakan, saat gempa terjadi, batu-batu berjatuhan dengan debu yang beterbangan menambah mencekam suasana. Pria yang akrab disapa Black ini juga mengungkapkan berbagai kejadian di luar kebiasaan. "Bule-bule lari, barang-barangnya ditinggalin. Bule-bule yang enggak pernah ngucapin Allahuakbar pada ngucapin Allahuakbar, padahal mereka non-Muslim. Mungkin saking paniknya," kata Uspi.

Menurut dia, jalur turun ke Sembalun dan Senaru terputus akibat tertutup tanah longsor. Uspi pun mengungkapkan, masih banyak pendaki yang terjebak di Gujung Rinjani. Uspi beruntung bisa turun dan tiba di Sembalun pada pukul 15.30 WITA.

Kepala Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Sudiyono mengatakan, ratusan orang masih berada di Gunung Rinjani pada Ahad (29/7), pukul 11.30 WITA. "Masih ada 826 orang wisatawan terjebak di Gunung Rinjani untuk dikomando evakuasinya," ujarnya.

Sudiyono menyampaikan, ratusan orang tersebut merupakan wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Para wisatawan masih menunggu arahan untuk turun sembari menunggu gempa susulan reda. Dari 10 orang korban meninggal dunia akibat gempa Lombok, salah satunya adalah warga negara Malaysia bernama Siti Nur Ismawida Ismail (30 tahun). Ia meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan rumah di Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, NTB.

Wisatawan asal Malaysia, Saiful Izwan (33), menceritakan kronologi kejadian. Ia mengaku datang ke Lombok bersama 17 rekan dari Malaysia untuk mendaki Gunung Rinjani. Mereka tiba di Lombok pada Selasa (24/7) dan langsung menuju Sembalun sebagai salah satu pintu utama pendakian.

Kemudian, sebanyak 18 orang yang terdiri atas sembilan orang laki-laki dan sembilan orang perempuan memulai melakukan pendakian pada hari itu. "Kita baru turun pada tadi pagi sekitar pukul 03.00 WITA dan langsung ke basecamp untuk istirahat," ujarnya.

Saat gempa pertama terjadi, kata Saiful, ada beberapa orang yang masih tertidur. Sementara, sebagian lain sedang berkemas, mengingat mereka hendak menuju Bandara Internasional Lombok pada hari yang sama untuk pulang ke Malaysia. Jadwal pesawat adalah pukul 22.00 WITA. "Gempa pertama belum begitu sadar. Nah, pas kedua, kami pada lari keluar karena berasa keras sekali," ujar Saiful.

Kepanikan melanda rombongan. Mereka tidak menyadari masih ada rekan yang berada di dalam rumah. Saiful menyampaikan, saat kejadian, Siti Nur berada di dapur setelah makan sarapan. Begitu sadar, rekan-rekan mencoba menolong korban, tetapi nyawanya sudah tidak tertolong. Saiful sendiri mengalami luka ringan, terlihat dari luka gores yang ada pada lengannya.

Wakil Perdana Menteri Malaysia Wan Azizah Wan Ismail turut berbela sungkawa atas bencana gempa yang menimpa Lombok dan sekitarnya. Apalagi, salah satu korban meninggal dunia merupakan warga Malaysia. "Saya berdoa agar keluarga korban diberi kekuatan menghadapi cobaan tersebut," ujar Wan Azizah seperti dikutip dari akun Twitter-nya, Ahad (29/8).

Saat dikonfirmasi mengenai rencana Pemerintah Malaysia memulangkan jenazah, Wan Azizah menjawab normatif. "Saya belum menghubungi Menteri Luar Negeri (Retno Marsudi). Tetapi, kami akan melakukan pengaturan sesegera mungkin," katanya di laman New Straits Times, kemarin.

Tidak hanya itu, Wan Azizah menyebut Pemerintah Malaysa melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Nadma) siap membantu Indonesia dalam misi pencarian dan penyelamatan. Baru-baru ini, Nadma juga turut serta membantu korban bencana runtuhnya bendungan di Laos. "Mereka ada di sana untuk membantu korban dan kami juga mengirimkan makanan. Kami menunggu permintaan Indonesia," ujar Wan Azizah.

photo
Dubes Thailand untuk Indonesia Songphol Sukchan (kanan) menjemput warganya yang terjebak di Gunung Rinjani di pintu pendakian Bawak Nao, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, NTB, Senin (30/7). Tim personel gabungan TNI, Polisi, SAR, Poster dan Paramedis mulai mengevakuasi 500 orang pendaki yang sebagian besar berasal dari Thailand dan Malaysia yang terjebak di sekitar Danau Segara Anak.

Tidak terganggu

Salah satu tulang punggung di daerah-daerah yang terdampak Gempa Lombok adalah layanan penerbangan. Namun, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memastikan tidak ada gangguan terhadap layanan tersebut.

"Kami mendapatkan laporan dari kepala Kantor Otoritas Bandara Wilayah IV Ngurah Rai bahwa Bandara Internasional Ngurah Rai Bali dan Bandara Internasional Lombok Praya Lombok tidak terdampak oleh gempa bumi," kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Pramintohadi di Jakarta, Ahad.

Selain itu, lanjut dia, layanan penerbangan di bandara lain, semisal Bandara Komodo Labuan Bajo, juga tidak terdampak gempa. Pramintohadi menambahkan, layanan penerbangan, termasuk pelayanan navigasi penerbangan dari kantor Airnav cabang Denpasar juga tidak terganggu.

Meski begitu, Pramintohadi meminta operator bandara tetap mewaspadai gempa susulan dan dampak gempa. Fokus utama adalah Bandara Lombok Praya yang berada lebih dekat dengan pusat gempa. n rahayu subekti ed: muhammad iqbal

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement