Kamis 02 Aug 2018 05:05 WIB

Darmin: Barang Impor Kerek Inflasi Inti

Inflasi inti pada Juli 2018 sebesar 0,41 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Teguh Firmansyah
Darmin Nasution
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Darmin Nasution

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, penguatan inflasi inti pada Juli 2018 disebabkan oleh inflasi akibat barang-barang impor atau imported inflation. Selain itu, faktor lain yang turut memicu kenaikan inflasi inti adalah perbaikan daya beli masyarakat.

"Kalau menurut saya, itu bukan cuma satu penyebabnya. Pasti ada karena perbaikan permintaan ada juga karena kurs lagi begini (rupiah tertekan). Sehingga, imported inflation juga ada," kata Darmin di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Rabu (1/8).

Inflasi inti pada Juli 2018 adalah sebesar 0,41 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Darmin mengatakan, inflasi inti dalam beberapa waktu ke belakang tidak pernah menembus level 0,4 persen. Terakhir kali inflasi inti melebihi level tersebut adalah pada Januari 2017 yang sebesar 0,56 persen.

Darmin mengatakan, inflasi pada 2018 masih akan sesuai target di kisaran 3,5 persen. Meski begitu, ia mencermati tingkat inflasi harga pangan bergejolak yang cukup tinggi. Untuk diketahui, pada Juli 2018 harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 5,36 persen (yoy). "Masih masuk target tapi kelompok pangan bergejolak itu sebaiknya tahunannya jangan sampai di atas 5 persen," katanya.

Untuk diketahui, inflasi inti merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat permintaan konsumen. Sepanjang 2018, tingkat inflasi inti bergerak fluktuatif. Pada Januari 2018, inflasi inti tercatat sebesar 2,69 persen (yoy), Februari 2,58 persen (yoy), kemudian meningkat kembali pada Maret menjadi 2,67 persen (yoy). Inflasi inti pada April 2018 sebesar 2,69 persen (yoy), Mei 2,75 persen (yoy), Juni 2,72 persen (yoy), dan Juli 2,87 persen (yoy).

Sementara itu, pada Juli 2018 tingkat inflasi dari komponen harga diatur pemerintah adalah sebesar 2,11 persen (yoy) dan komponen harga bergejolak adalah sebesar 5,36 persen (yoy). 

Baca juga, Pemerintah Diminta Kendalikan Inflasi Harga Pangan.

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menilai, pemerintah perlu lebih cermat dalam mengendalikan inflasi dari komponen harga bergejolak. Faisal mengatakan, peningkatan inflasi dari komponen tersebut sudah terjadi sejak awal 2018.

"Inflasi harga bergejolak ini sudah tampak peningkatannya tidak hanya pada Juli, tapi sepanjang 2018," kata Faisal ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (1/8).

BPS mencatat, inflasi dari komponen harga bergejolak pada Juli 2018 adalah 0,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Jika dibandingkan tahun ke tahun, terjadi inflasi sebesar 5,36 persen.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement