Senin 06 Aug 2018 06:29 WIB

BPBD Lombok Timur Ungkap Kepanikan yang Terjadi Semalam

Kondisi mencekam terjadi selama tiga jam.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Muhammad Hafil
Sejumlah warga masih berada di Lapangan Sangkareang, Kota Mataram lantaran masih khawatir adanya gempa susulan.
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Sejumlah warga masih berada di Lapangan Sangkareang, Kota Mataram lantaran masih khawatir adanya gempa susulan.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Seksi Penyelamatan dan Evakuasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Timur Lalu Masri Habibullah menceritakan tentang kejadian gempa pada Ahad (5/8) malam. Dia mengatakan, guncangan gempa dirasakan hampir di seluruh wilayah di Kabupaten Lombok Timur dan disusul padamnya aliran listrik.

"Terjadi kepanikan pada rentang waktu pukul 20.00 Wita sampai 23.00 Wita," ujarnya, Senin (6/8).

Kepanikan juga didasarkan masih adanya gempa susulan dan informasi tentang tsunami. Namun, kata Masri, kondisi mulai kembali normal pada 24.00 Wita.

Masri menyampaikan, ramainya kerumunan massa membuat personil yang melakukan penyisiran terhambat. Kata dia, permintaan tenda darurat mulai berdatangan, tak hanya dari Kecamatan Sembalun dan Sambelia yang masih dalam masa tanggap darurat akibat gempa pekan lalu.

"Pemasangan tenda sedang dilakukan di wilayah Selong dan sekitarnya yang menjadi pusat kota di Lombok Timur. Info sementara di Kecamatan Sembalun telah dirujuk korban luka-luka dan tremor pada RS lapangan," lanjutnya.

photo
Suadah (41), korban gempa bumi berkekuatan 7 pada skala richter (SR) menjalani perawatan di halaman Rumah Sakit Kota Mataram, Minggu (5/8).

Gempa bumi 7 SR yang mengguncang wilayah di Nusa Tenggara Barat pada Ahad (5/8) pukul 18.46 WIB memberikan dampak yang luas. Hingga Senin (6/8) dini hari pukul 02.30 WIB, BPBD Provinsi NTB mencatat 82 orang meninggal dunia akibat gempa, ratusan orang luka-luka, dan ribuan rumah mengalami kerusakan. 

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan sebagian besar korban meninggal akibat tertimpa bangunan yang roboh. Ia menjelaskan daerah yang terparah adalah Kabupaten Lombok Utara, Lombok Timur, dan Kota Mataram. 

Berdasarkan laporan dari BPBD Provinsi NTB, Kabupaten Lombok Utara menjadi wilayah dengan korban jiwa terbanyak, yakni 65 orang. Sisanya, yakni sembilan orang dari Lombok Barat, dua orang Lombok Tengah, empat orang Kota Mataram, dan dua orang Lombok Timur. 

Ia memperkirakan jumlah korban bisa terus bertambah. Sebab, ia menerangkan, tim SAR gabungan masih terus melakukan evakuasi dan penyisiran.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement