Selasa 07 Aug 2018 02:40 WIB

Rouhani: AS akan Menyesal Jatuhkan Sanksi ke Iran

Amerika menargetkan untuk melumpuhkan ekonomi Iran.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Foto: AP
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Iran Hassan Rouhani memastikan Amerika Serikat (AS) akan menyesal menjatuhkan sanksi terhadap Iran. Ia menilai, saat ini AS terisolasi di dunia atas keputusannya memberi sanksi pada Iran.

“Amerika akan menyesal menjatuhkan sanksi terhadap Iran ... Mereka sudah terisolasi di dunia. Mereka memberlakukan sanksi terhadap anak-anak Iran, pasien, dan bangsa,” kata Rouhani dalam pernyataannya menanggapi keputusan Presiden AS Donald Trump, Senin (6/8) waktu setempat.

Amerika Serikat menargetkan untuk melumpuhkan ekonomi Iran dengan sanksinya pekan ini. Namun, Iran optimistis tekanan ekonomi tersebut tidak akan memaksa Teheran kembali ke meja perundingan.

Sanksi AS yang disebut akan mulai berlaku pada Selasa (7/8) waktu setempat akan menargetkan pembelian dolar AS, perdagangan logam, batu bara, industri perangkat lunak, dan sektor otomotif Iran.

Hubungan antara AS dan Iran dinilai semakin parah karena pengaruh politik dan militer Iran yang semakin meningkat di Timur Tengah.

Baca juga, AS Ingin Menghapus Iran dari Pasar Minyak Dunia.

Mata uang Iran telah kehilangan setengah nilainya terhadap dolar AS sejak April di bawah ancaman sanksi AS. Anjloknya nilai mata uang dan inflasi yang melonjak, telah memicu demonstrasi sporadis di Iran terhadap pencatutan dan korupsi. Para pengunjuk rasa tersebut meneriakkan slogan anti-pemerintah.

Presiden AS Donald Trump yang berpaling dari kesepakatan nuklir pada Mei 2018 lalu. Alasannya, AS ingin memotong akses kepemimpinan Iran ke sumber daya. Penasihat keamanan nasional Gedung Putih John Bolton, yang mengadvokasi garis keras terhadap Iran, mengklaim Tehran akan mengambil tawaran baru dari Trump untuk bernegosiasi.

“Mereka dapat mengambil tawaran presiden (Trump) untuk bernegosiasi dengan mereka, untuk melepaskan program rudal balistik dan senjata nuklir mereka sepenuhnya dan benar-benar dapat diverifikasi,” kata Bolton.

Ia mengatakan tekanan terhadap Iran akan berhenti jika para Ayatollah bersedia datang dan duduk bersama. Namun, Presiden Rouhani memastikan pembicaraan dengan Amerika Serikat hanya terjadi jika Washington mampu menghadirkan kepercayaan nyata bagi Iran.

“Kami selalu mendukung diplomasi dan pembicaraan. Tapi pembicaraan membutuhkan kejujuran. AS menerapkan kembali sanksi terhadap Iran dan menarik diri dari kesepakatan nuklir, dan kemudian ingin mengadakan pembicaraan dengan kami,” kata Rouhani.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement