REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Aksi Cepat Tanggap (ACT) menerjunkan Mobil Humanity Food Truck ACT di lokasi penampungan pengungsi gempa Lombok. Mobil ini mmempunyai dapur yang memiliki peralatan standar hotel bintang lima. Hari ini Food Truck akan memproduksi dan mendistribusikan 500 porsi makanan.
Juru masak Food Truck ACT, Chef Joni Kusumahadi mengatakan, seharusnya Food Truck akan beroperasi Kamis (9/8) kemarin. Namun karena kesulitan mendapatkan bahan baku, maka Food Truck baru beroperasi pada hari ini di Kampung Gebang Barat, Desa Pagesangan Timur, Kecamatan Mataram, Kota Mataram, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Chef Joni Kusuma, koki yang sudah bergabung bersama Humanity Food Truck sejak Ramadhan 2017 lalu.
Ia menjelaskan, hari ini rencananya akan memproduksi 1.000 porsi makanan. Sayangnya ada kendala keterbatasan bahan baku. Maka pada operasi pertama Food Truck hari, hanya memproduksi dan mendistribusikan 500 porsi makanan. "Baru pada hari-hari selanjutnya Food Truck akan memproduksi 1.000 porsi makanan per harinya," kata Chef Joni kepada Republika.co.id saat mendistribusikan makanan di Kampung Gebang Barat, Jumat (10/8).
Ia menerangkan, ada empat orang di dalam Food Truck. Mereka bertugas memasak nasi, sayur dan menu utama. Menu yang harus disajikan Food Truck adalah nasi putih, daging ayam atau ikan, menu pendamping, menu pelengkap dan sayur. Tapi ternyata cukup susah mencari bahan baku, maka hari ini Food Truck hanya menyediakan nasi putih, daging, sayur dan menu pendamping.
"Nasi putih, ayam bumbu bali, buncis balacang, tempe goreng tepung, sudah kita atur, mungkin di daerah bencana ada teman-teman yang kurang mendapatkan asupan gizi," ujarnya.
Humanity Food Truck ACT, truk besar yang disulap menjadi dapur masak umum.
Chef Joni menyampaikan, kemarin sudah menemukan beberapa penyuplai yang bisa mengirim bahan baku makanan untuk Food Truck. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahan baku makanan kebutuhan Food Truck terpenuhi. Sehingga Food Truck bisa memroduksi dan mendistribusikan 1.000 porsi makanan per hari.
Warga Kampung Gebang Barat, Solikin (48 tahun) mengatakan, warga kampung merasa sangat terbantu dengan kehadiran Food Truck ACT. Sebelumnya warga yang mengungsi akibat ketakutan ada gempa susulan hanya mendapatkan air minum dan mie instan. Sejak Senin (6/8) sampai hari ini warga tetap tinggal di pengungsian.
"Warga belum berani pulang ke rumah karena takut ada gempa bumi susulan, rumah warga banyak yang retak-retak. Ada yang roboh juga, di pengungsian ini ada 95 kepala keluarga, mengharapkan bantuan makanan dan kesehatan " ujarnya.