Sabtu 18 Aug 2018 17:01 WIB

Mahathir Bertemu Jack Ma

Pertemuan terjadi di sela kunjungan lima hari Mahatir ke Cina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolanda
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad bertemu dengan pendiri Alibaba Group, Jack Ma, di markas Alibaba di Hangzhou, Cina, Sabtu (18/8) waktu setempat
Foto: The Star
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad bertemu dengan pendiri Alibaba Group, Jack Ma, di markas Alibaba di Hangzhou, Cina, Sabtu (18/8) waktu setempat

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad bertemu dengan pendiri Alibaba Group, Jack Ma. Keduanya bertemu di markas Alibaba di Hangzhou, Cina, pada Sabtu (18/8) pagi waktu setempat.

Dalam kunjungan tersebut, Jack Ma memaparkan ide-ide Alibaba tentang pemanfaatan teknologi modern. Jack juga menjelaskan tentang struktur bisnis perusahaannya. Mahathir mengaku cukup terkesan oleh Jack Ma dan Alibaba.

Menurut Mahathir, Jack seorang yang sangat inovatif. “Saya berharap Malaysia dapat memanfaatkan ide-ide inovatif Anda, sehingga kami dapat memperoleh manfaat juga dari teknologi modern,” katanya, dikutip laman the Straits Times.

Mahathir memang tengah melakukan kunjungan selama lima hari ke Negeri Tirai Bambu. Ia tiba di sana pada Jumat (17/8). Dalam kunjungan tersebut Mahathir dijadwalkan bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping dan Perdana Menteri Cina Le Keqiang. Ia pun akan dipertemukan dengan para pemimpin bisnis di Hangzhou dan Beijing.

Dalam wawancara dengan kantor berita Cina Xinhua pada Kamis (16/8), Mahathir mengatakan menjalin hubungan dengan Cina sangat penting. Ia mengaku menginginkan hubungan yang akrab dengan Beijing.

Kementerian Luar Negeri Malaysia menyebut kunjungan Mahathir sebagai tonggak baru dalam konsolidasi hubungan bilateral. Kunjungan tersebut akan menetapkan pilar strategis baru guna meningkatkan kerja sama bilateral di masa mendatang.  

Dalam kunjungan tersebut, Mahathir diperkirakan akan turut membahas proyek infrastruktur di Malaysia yang bekerja sama dengan perusahaan Cina. Sejak terpilih sebagai perdana menteri, Mahathir memang menyoroti dan mengkritisi proyek infrastruktur di negaranya yang bekerja sama dengan Cina. Satu di antaranya adalah proyek East Coast Rail Link (ECRL). 

Mahathir menilai proyek ECRL terlalu banyak menyedot anggaran. Proyek kereta api sepanjang 688 kilometer itu menghabiskan dana sekitar 14 miliar dolar AS. Oleh sebab itu, ia ingin menegosiasi ulang kesepakatan proyek tersebut. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement