Rabu 22 Aug 2018 08:21 WIB

Khatib Shalat Ied Masjid Agung Solo Kisahkan Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim mengajarkan musyawarah.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Muhammad Hafil
Masjid Agung Solo
Masjid Agung Solo

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Ribuan warga melaksanakan Shalat Idul Adha berjemaah di Masjid Agung Solo, Rabu (22/8). Salat Idul Adha dimulai pada pukul 06.25 WIB.

Shalat Ied dipimpin oleh KH Ibrahim Ashari. Kemudia pembacaan khutbah dilakukan oleh KH Kholik Hasan. Dalam kesempatan tersebut, Khatib Shalat Ied mengajak para jemaah untuk meneladani kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

"Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah. Sebuah ketaqwaan yang kita teladani dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail," kata Khotib saat membuka khotbah.

Khatib menjelaskan, setiap tahun umat Islam memperingati Idul Adha. Sebuah peringatan yang tidak bisa dipisahkan dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail banyak yang diteladani oleh umat Islam. Ada beberapa profil yang membawa kebaikan bagi masyarakat. Khotib menyebut minimal ada empat profil yang patut diteladani.

Pertama mencinyai kebenaran. "Nabi Ibrahim bukan hanya memahami kebenaran dan hidup secara benar tapi sangat mencintai kebenaran sehingga kehidupannya selalu disandarkan kepada Allah SWT. Sikap hidup seperti itu sangat penting bagi kita di zaman sekarang ini," terangnya.

Profil kedua yang patut diteladani yakni memiliki idealisme berkelanjutan. Nabi Ibrahim mempunyai idealisme sejak muda. Ketika menghancurkan berhala-berhala, Nabi Ibrahim masih sangat muda.

Nabi Ibrahim memberikan contoh kepada umat Islam mengenai prinsip akidah yang benar tidak bisa ditawar dan tidak bisa diperjualbelikan. Idealisme tersebut tidak hanya ketika Nabi Ibrahim masih muda tetapi istiqomah sampai tua.

Nabi Ibrahim memiliki komitmen menjalankan perintah Allah bahkan perintah menyembelih putranya. "Sikap ini memberikan pelajaran kepada kita untuk mempunyai komitmen jangan sampai kita anak bangsa menjual komitmen sehingga tidak bisa menjadi teladan bagi generasi yang akan datang," ucapnya.

Profil ketiga, lanjutnya, Nabi Ibrahim merindukan generasi yang solih. Pada usia yang tua, Nabi Ibrahim masih merindukan seorang anak untuk melanjutkan perjuangan menyebarkan dan menegakkan nilai-nilai kebenaran untuk menyembah Allah.

Nabi Ismail menjadi contoh anak yang memenuhi harapan kepada orang tua. Nabi Ismail selalu tunduk kepada perintah orang tua meskipun perintah penyembelihan. "Hal itu menunjukkan Nabi Ibrahim sukses menanamkan nilai-nilai kepada Nabi Ismail sejak dini," imbuhnya.

Teladan yang terakhir dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yakni mengajarkan kepada umat Islam untuk berdialog bermusyawarah. Hal itu dilakukan karena pelaksanaan perintah harus melibatkan orang lain termasuk putra-putri masing-masing.

Nabi Ibrahim melibatkan putranya dengan minta pendapat sekalipun itu perintah Allah SWT saat. Kemudian Nabi Ismail menjawab agar ayahnya mengerjakan apa yang diperintahkan Allah.

Karena itu, para orang tua diminta mengajarkan kepada anak-anaknya mengenai komunikasi yang baik dan dialog yang benar agar terjadi komunikasi dua arah. Sebab, jika anak-anak mendapatkan perintah tanpa memahami maka suatu saat akan meninggalkan apa yang diperintahkan orang tuanya.

"Apalagi kita memberintahkan sesuatu perintah tanpa memberikan contoh. Semoga kita mampu meneladani apa yang diajarkan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement