Kamis 23 Aug 2018 22:04 WIB

Presiden Jokowi akan Reuni dengan Alumni UGM

Reuni akbar keluarga besar alumni UGM atau Kagama dijadwalkan pada 22 September 2018.

Red: Nur Aini
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Dies Natalis UGM, Selasa (19/12).
Foto: dok. Biro Pers Istana Negara
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Dies Natalis UGM, Selasa (19/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo dijadwalkan hadir dalam reuni akbar keluarga besar alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) di Jakarta Convention Center pada 22 September 2018.

Ketua Panitia Reuni Kagama Otto Hasibuan menjelaskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama sejumlah menteri kabinet kerja yang merupakan alumni UGM akan menghadiri reuni akbar pada 22 September 2018, mulai pukul 09.00 WIB.

"Mereka antara lain Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri PU, dan Gubernur Menteri Sekretaris Negara Pratikno. Bahkan kita harapkan Presiden memberikan sambutannya," kata Otto Hasibuan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (23/8).

Reuni akbar tersebut mengambil tema Guyub kini dan nanti, artinya semua alumni harus selalu guyub selamanya. Otto menambahkan banyaknya alumni UGM yang berkiprah di berbagai sektor diharapkan dapat berbagi cerita dan pengalaman kepada junior mereka dalam temu alumni tahun ini.

"Kita harapkan para senior Kagama bisa lebih erat hubungannya dengan adik-adik kita sehingga tercipta jaringan yang sangat kuat untuk memajukan bangsa," ujarnya.

Ia mengatakan, tidak kurang dari 3.000 alumni akan hadir dan bersilaturahmi dalam acara tersebut. Kesempatan itu juga diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh alumni untuk mengenang kembali masa-masa kuliah terlebih acara itu dihibur oleh grup band Padi dan artis lainnya.

Terkait dengan tahun politik, Otto mengimbau kepada seluruh anggota Kagama agar bisa menerima perbedaan pandangan dan pilihan politik. Sebab, menurut dia, anggota Kagama harus menjadi pelopor perekat persaudaraan dan persatuan.

"Kepada Kagama, saya imbau harus menerima perbedaan pilihan politik, kontestasi elektoral, sebagai keniscayaan. Kita harus jaga keniscayaan ini, dan buktikan pada masyarakat dan bangsa ini, kita sebagai anggota Kagama di manapun berada tetap, dan harus menjadi perekat persaudaraan dan persatuan," ujarnya.

Kagama, kata dia, juga harus bisa menunjukkan kepeloporan dalam menghadapi persoalan kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketimpangan di mana semua itu adalah masalah bersama. "Saya berharap Kagama tetap dan akan selalu menunjukkan kepeloporan, baik dalam menguatkan dan mengefektifkan peran negara, pemerintah, maupun dalam memperkuat solidaritas sosial, menggiatkan gotong royong dan mempromosikan kepatuhan, atau compliance, pada aturan dan tatanan yang sama-sama kita bangun," ujarnya.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَرَفَعَ اَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوْا لَهٗ سُجَّدًاۚ وَقَالَ يٰٓاَبَتِ هٰذَا تَأْوِيْلُ رُءْيَايَ مِنْ قَبْلُ ۖقَدْ جَعَلَهَا رَبِّيْ حَقًّاۗ وَقَدْ اَحْسَنَ بِيْٓ اِذْ اَخْرَجَنِيْ مِنَ السِّجْنِ وَجَاۤءَ بِكُمْ مِّنَ الْبَدْوِ مِنْۢ بَعْدِ اَنْ نَّزَغَ الشَّيْطٰنُ بَيْنِيْ وَبَيْنَ اِخْوَتِيْۗ اِنَّ رَبِّيْ لَطِيْفٌ لِّمَا يَشَاۤءُ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ
Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semua) tunduk bersujud kepadanya (Yusuf). Dan dia (Yusuf) berkata, “Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

(QS. Yusuf ayat 100)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement