Kamis 30 Aug 2018 13:55 WIB

Iran: AS Bahkan Bully Sekutunya Sendiri

Presiden Erdogan dijadwalkan akan mengunjungi Iran pada 7 September mendatang.

Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif.
Foto: Reuters
Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif pada Rabu (19/8) menuduh Amerika Serikat melakukan perundungan, bahkan terhadap sekutunya. Ia menyampaikan pernyataan tersebut ketika tiba di Turki, negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Turki seperti juga Iran, tengah bersengketa dengan Washington.

Amerika Serikat menggandakan tarif untuk impor baja dan aluminium Turki atas tindakan Ankara menahan seorang pastor asal negara adidaya itu. AS dan Turki merupakan sekutu dalam NATO.

"Amerika Serikat menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki batasan atau batas dalam memaksakan tekanan dan menggunakan kekuatan terhadap orang lain, bahkan sekutu mereka sendiri," kata Zarif di Ankara. "Turki dan beberapa sekutu AS di Eropa berkesimpulan bahwa Amerika Serikat bukan mitra yang dapat dipercaya," kata Zarif seperti dikutip kantor berita negara Iran, IRNA.

Washington menjatuhkan gelombang sanksi lebih keras terhadap Iran menyusul penarikan dirinya dari kesepakatan nuklir yang dicapai pada 2015. Zarif berada di Turki untuk bertemu dengan Presiden Tayyip Erdogan yang dijadwalkan mengunjungi Iran pada 7 September mendatang.

Baca juga, Erdogan: Turki Boikot Produk Elektronik AS, Termasuk Iphone.

Turki menolak intervensi oleh AS.  Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan pada Selasa (14/8) bahwa Turki mulai memboikot produk elektronik buatan Amerika Serikat (AS) sebagai perlawanan Ankara atas tekanan Washington terhadap ekonomi Turki.

"Kami akan memboikot produk elektronik Amerika. Jika mereka memiliki Iphone, mulai kami boikot. Kami punya produk kami sendiri, Venus Vastel. Kami akan tegas mengambil langkah ini," kata Erdogan dikutip dari laman Hurrietdaily News pada Selasa (14/8).

Erdogan optimistis, Turki memiliki salah satu sistem perbankan yang paling kuat di dunia dalam segala hal. Oleh karena itu, negaranya siap memboikot produk-produk asal dan buatan AS.

"Kita dapat melakukan dua hal. Satu dalam ekonomi yang lain dalam politik. Kami telah mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan ekonomi. Apa yang lebih penting, saya pikir, adalah menjaga sikap politik kami yang kuat," ujarnya menambahkan.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement