Rabu 05 Sep 2018 15:08 WIB

Dampak Penguatan Dolar AS Belum Tampak

Kebanyakan UKM menitip produknya kepada eksportir.

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Friska Yolanda
Pekerja membuat kerajinan lampu meja dari rotan sintetis sebelum diekspor ke Italia di Desa Mojorejo, Batu, Jawa Timur, Rabu (30/3).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Pekerja membuat kerajinan lampu meja dari rotan sintetis sebelum diekspor ke Italia di Desa Mojorejo, Batu, Jawa Timur, Rabu (30/3).

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Penguatan nilai tukar dollar AS atas rupiah belum bisa menjadi momentum bagi produk-produk Usaha Kecil Menengah (UKM) berskala ekspor Kabupaten Semarang guna menangkap peluang ekonomi dari pasar luar negeri. Kendati sejumlah produk unggulan telah menembus pasar ekspor, pelaku UKM masih kesulitan untuk mendorong ekspansi produknya. 

Minimnya ekspor disebabkan oleh belum adanya akses secara mandiri untuk memasarkan produk UKM tersebut di luar negeri. "Produk kita memang tembus pasar ekspor, tetapi sifatnya masih ‘titip’ kepada eksportir,” ungkap Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan, Kabupaten Semarang, Yoseph Bambang Tri Hardjono, di sela pembukaan Kabupaten Semarang Expo 2018, di Alun- alun Kalirejo, Ungaran, Kabupaten Semarang, Rabu (5/9).  

Dalam posisi tersebut, produk UKM ekspor ini belum memiliki nilai tawar untuk bisa menangkap momentum tersebut. Kecuali, pelaku UKM yang memiliki akses langsung kepada pembeli di luar negeri.

Sejauh ini, jelas Yoseph, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang telah memberikan dukungan kemudahan bagi para pelaku UKM di daerahnya untuk mendorong pasar ekspor. Misalnya, memberikan pembinaan dalam hal penguatan kualitas produk, desain dan kemasannya termasuk persyaratan kualitas, kontinyuitas dan kuantitasnya (3K) yang harus bisa terpenuhi untuk produk UMKM berskala ekspror.

“Kalau untuk perizinan ekspor pemkab masih sebatas memfasilitasi prosesnya hingga di tingkat Pemprov Jawa Tengah,” tambahnya.

Beberapa produk UKM Kabupaten Semarang yang produknya telah menembus luar negeri antara lain, kerajinan enceng gondok, batik, kerajinan gitar. Sejumlah produk perkebunan juga telah diekspor seperti kopi.

Salah seorang perajin tas, Marista Andriyanti mengaku produknya telah masuk ke pasar internasional. Namun, penguatan nilai tukar dolar AS diakuinya belum mampu memberikan dampak bagi usahanya. Sejauh ini, produknya baru sebatas memperkenalkan produk lokal agar diterima pasar internasional. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement