Selasa 29 Jul 2025 13:34 WIB

Garuda Baru Terima 1 dari 50 Pesawat Boeing, Kesepakatan Sudah Ada Sejak Sebelum Covid-19

Rosan sebut pengiriman pesawat baru Garuda tertunda hampir satu dekade.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Calon haji berada di kabin pesawat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padang Pariaman, Sumatera Barat, Senin (5/6/2023) dini hari. Sebanyak 393 jamaah calon haji dan pendamping tergabung dalam kloter (kelompok terbang) pertama embarkasi Padang diberangkatkan ke tanah suci dengan pesawat Garuda Indonesia Boeing 777 Seri 300 ER.
Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Calon haji berada di kabin pesawat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padang Pariaman, Sumatera Barat, Senin (5/6/2023) dini hari. Sebanyak 393 jamaah calon haji dan pendamping tergabung dalam kloter (kelompok terbang) pertama embarkasi Padang diberangkatkan ke tanah suci dengan pesawat Garuda Indonesia Boeing 777 Seri 300 ER.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang juga CEO Danantara, Rosan Roeslani, mengungkapkan bahwa rencana pembelian 50 pesawat Boeing oleh Garuda Indonesia merupakan bagian dari kesepakatan lama yang telah tercapai sebelum pandemi Covid-19. Sejauh ini, kata Rosan, dari total 50 pesawat yang direncanakan, baru satu unit yang telah diterima oleh Garuda.

“Yang sudah ter-delivery baru satu. Jadi, masih kurang 49 unit, dan pengiriman baru akan bisa dilakukan sekitar 2031–2032,” ujar Rosan dalam konferensi pers capaian realisasi investasi kuartal II 2025 di Kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jakarta Selatan, Selasa (29/7/2025).

Baca Juga

Rosan menjelaskan, pihaknya telah meminta Garuda Indonesia untuk mengoptimalkan terlebih dahulu pesawat-pesawat yang saat ini dimiliki, terutama yang masih dalam kondisi grounded. Danantara, lanjutnya, baru saja menyuntikkan dana sebesar 400 juta dolar AS ke Garuda dalam bentuk pinjaman guna mendukung perawatan dan pemenuhan kebutuhan teknis armada.

“Itu untuk maintenance dan requirement, karena banyak sekali pesawat dari Citilink maupun Garuda yang sudah di-grounded dan tidak bisa terbang. Padahal kita tetap bayar di sini,” ucap Rosan.

Menurut Rosan, rata-rata jam terbang pesawat Garuda saat ini masih di bawah ideal. Karena itu, efisiensi pemanfaatan armada menjadi prioritas utama sebelum menambah pesawat baru. Ia juga menekankan perlunya transformasi teknologi dan perbaikan pelayanan dalam jangka pendek hingga menengah.

 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement