Kamis 06 Sep 2018 14:41 WIB

Umat Islam Hidup Harmonis di Brisbane

Muslimin Brisbane memang telah mengintegrasikan ke dalam masyarakat umum Australia

Kota Brisbane, Australia.
Foto: Flickr
Kota Brisbane, Australia.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Populasi Muslim di Brisbane mencapai 20 ribu orang. Muslimin Brisbane terkonsentrasi di bagian selatan kota.

Di kawasan tersebut sedikitnya terdapat delapan masjid dan tiga sekolah Muslim. Muslimin di ibu kota negara bagian Queensland itu memang hidup dengan nyaman. Fasilitas ibadah tersedia.

Pendidikan agama juga ditawarkan banyak lembaga. Pangan halal, termasuk daging halal pun sangat mudah ditemukan. Bahkan, supermarket menjual pangan halal dengan tanda label sehingga Muslimin Brisbane tak pernah kesulitan menemukannya.

Pascainsiden bom 9/11 di gedung WTS AS, Muslimin Brisbane memang sering kali mendapat perlakuan tak pantas. Mereka dituding teroris hingga tak sedikit yang dilecehkan.

Bahkan, isu agama pun sering kali mencuat. Gosip tentang pangan halal, misalnya. Muslimin Brisbane sempat merasa kesulitan karena pangan halal dianggap mendanai aksi terorisme.

Kendati demikian, pihak pemerintah dan aparat tak tinggal diam. Meski minoritas, Muslimin mendapat hak yang sama sebagai warga negara. Akibat isu tersebut, Dewan Kota Brisbane pun mengampanyekan keragaman Australia. Mereka bahkan menerbitkan booklet yang meluruskan pandangan tentang Islam. Pun, dengan aparat keamanan.

Muslimin menjalin hubungan baik dengan kepolisian. Bahkan, komisaris polisi Queensland pernah menyebut kawasannya, khususnya Brisbane, layak menjadi model kota integritas Muslim ke dalam masyarakat Australia.

Presiden Dewan Islam Queensland Muhammad Yusuf menuturkan, Muslimin Brisbane memang telah mengintegrasikan ke dalam masyarakat umum Australia. Muslimin Brisbane dan Queensland secara umum lebih toleran terhadap orang lain.

“Indikator terbaik dari kekuatan integrasi masyarakat di Brisbane dapat diketahui dari ucapan Sersan Polisi Queensland Jim Bellos bahwa tak pernah muncul masalah di Brisbane saat malam hari,” katanya.

Muslimin pertama kali datang ke Brisbane seiring dengan sejarah Islam di Australia. Di awal abad kesembilan, banyak Muslimin, terutama dari Indonesia, yang berkunjung ke Australia untuk mencari teripang.

Sejak saat itu, kontak dengan Islam sebenarnya mulai terjalin. Namun, pada era 1800-an banyak Muslimin dari Timur Tengah yang melakukan perdagangan hingga ke Australia. Mereka kemudian menetap dan tinggal di kota-kota di Australia.

Mereka membentuk komunitas, kemudian berkeluarga dan menghasilkan keturunan Muslim. Komunitas itu pun semakin eksis dengan mendirikan masjid. Di Brisbane mereka tinggal dan membentuk komunitas di kota metropolitan tersebut.

Masjid dibangun pertama kali di Brisbane pada 1908 di Holland Park. Bangunan ini direnovasi pada 1970. Imam pertama Brsibane, Abdul Rane Haji Rane, merupakan cucu dari pendiri masjid pertama di tengah kounitas Muslim Holland Park.

Dari titik itulah, komunitas Muslim berkembang ke kawasan kota yang lain, seperti di West End dan Lutwyche. Sang imam, Haji Rane, hingga kini masih berperan memimpin Muslimin Brisbane.

Dialah yang menyerukan pengamalan sosial masyarakat agar Muslimin sebagai etnis minoritas dihargai dan diakui keberadaannya. Ia juga memandu dakwah Muslimin agar ajaran Islam dapat tersebar dengan baik.

Selian Masjid Holland Park, ada pula masjid yang menjadi pusat aktivitas Muslim Brisbane, yakni Masjid Kuraby. Dibangun sejak 1990, masjid tersebut menjadi lokasi pusat komunitas Muslim Brisbane. Terdapat pula madrasah untuk anak-anak Muslimin di sana.

Secara umum, masjid-masjid di Brisbane memang menjadi lokasi pusat dakwah Islam. Di sanalah para pemuda berkumpul mempelajari Islam dan metode dakwah yang baik. Berkat keberhasilan dakwah mereka, komunitas Muslim Brisbane pun bertambah. Tak sedikit jumlah mualaf yang bergabung dengan mereka.

 

sumber : Islam Digest Republika
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement