REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor memperkirakan partai-partai Islam akan berkoalisi dengan partai-partai nasionalis setelah Pemilu 2014.
"Pascapemilu kali ini koalisi yang terbentuk tidak akan ideologis. Partai-partai Islam akan merapat ke nasionalis, atau partai nasionalis akan mengundang partai Islam untuk bergabung," kata Firman Noor dihubungi di Jakarta, Kamis (10/4).
Firman mengatakan kemungkinan itu sudah terlihat terutama sudah dilakukan oleh PPP dan Partai Gerindra. Pada masa kampanye pemilu lalu, Ketua Umum PPP Suryadharma Ali datang dan berorasi pada kampanye Partai Gerindra.
Apalagi, kemungkinan Partai Gerindra untuk kembali berkoalisi dengan PDI Perjuangan sangat kecil pascaketegangan antara kedua partai setelah pencalonan Joko Widodo sebagai presiden.
"Justru Partai NasDem yang sepertinya sangat jelas akan merapat ke PDI Perjuangan," ujarnya.
Firman juga menduga PAN akan merapat ke Joko Widodo yang akan diusung sebagai calon presiden oleh PDI Perjuangan. Hubungan besan antara Ketua Umum PAN Hatta Rajasa dengan Ketua Umum Partai Demokrat, dia nilai tidak akan menjadi dasar koalisi kedua partai.
"Yang mengejutkan adalah PKB karena berdasarkan hasil hitung cepat suaranya meningkat hampir 10 persen. PKB akan menjadi 'King Maker' karena suaranya dibutuhkan. Partai mana pun yang berhasil melobi PKB untuk berkoalisi akan sangat diuntungkan," tuturnya.
PKS yang berdasarkan hasil hitung cepat memperoleh suara di atas enam persen juga dinilai bisa menambah suara dalam koalisi. Namun, Firman memperkirakan PKS tidak akan kembali berkoalisi dengan Partai Demokrat.
"Partai Demokrat sepertinya masih melihat dan menunggu. Mereka sepertinya merasa konvesi calon presiden masih memiliki nilai jual karena ada beberapa tokoh seperti Irman Gusman, Gita Wiryawan dan Anies Baswedan," katanya.
Firman menilai Partai Demokrat akan lebih realistis terhadap konvensi calon presiden mereka. Namun, bila berhasil merangkul PKB, bukan tidak mungkin akan menjadi kekuatan tersendiri.
Sedangkan Partai Golkar, menurut Firman, kemungkinan tetap akan berupaya mengusung Ketua Umum Aburizal Bakrie sebagai calon presiden, dengan siapa pun mereka berkoalisi.
"Namun, bila Aburizal Bakrie kalah dalam pemilihan presiden, sepertinya Partai Golkar tetap akan bergabung dalam pemerintahan. Sebab, mereka tidak memiliki pengalaman dan 'chemistry' untuk menjadi koalisi," tuturnya.