REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG - Kalangan sekolah menengah atas (SMA) berstatus rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) di Kota Semarang menjamin tak akan membedakan perlakuan terhadap siswa miskin yang diterima di sekolahnya. "Meski siswa miskin tak dibebani biaya sepeser pun, mereka tetap berhak menikmati seluruh fasilitas dan apa pun kegiatan sekolah," kata Kepala SMA Negeri 1 Semarang, Bambang Nianto Mulyo, di Semarang, Selasa (21/6).
Terkait pengumuman hasil seleksi SMA RSBI yang dilakukan pada Selasa ini, ia menyebutkan total siswa yang diterima sebanyak 436 orang, delapan orang di antaranya merupakan siswa dari kalangan masyarakat miskin. Ia mengakui kuota 20 persen yang harus disediakan oleh RSBI bagi siswa miskin memang berimplikasi pada diterimanya seluruh siswa miskin yang mendaftar selama kuota tersebut belum terpenuhi, berapa pun nilai siswa.
"Karena hanya delapan siswa dari kalangan miskin yang mendaftar, otomatis seluruhnya diterima. Padahal, ada beberapa siswa yang memiliki nilai ujian nasional (UN) jauh di bawah rata-rata siswa lainnya," katanya.
Bambang yang juga Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SMA Negeri 2 Semarang itu memang mengkhawatirkan beberapa siswa yang nilainya kurang itu akan kesulitan bersaing, namun karena sudah menjadi komitmen mereka tetap diterima. Akan tetapi, pihaknya tetap akan bekerja keras mendampingi beberapa siswa miskin yang nilainya kurang itu agar bisa mengikuti pelajaran seperti siswa-siswa lainnya dan tidak akan "lepas tangan".
"Demikian juga SMA Negeri 2 Semarang. Dari total siswa yang diterima sebanyak 416 orang, ada 19 siswa yang berasal dari keluarga miskin. Beberapa di antaranya juga memiliki nilai UN di bawah rata-rata siswa lain," katanya.
Senada dengan itu, Kepala SMA Negeri 4 Semarang, Srinatun mengatakan jumlah siswa yang diterima pada penerimaan peserta didik tahun ini sebanyak 352 orang, dan lima siswa di antaranya berasal dari keluarga miskin. "Kami akui beberapa siswa dari lima siswa miskin itu memiliki nilai UN dan nilai akhir (NA) jauh di bawah rata-rata siswa lain, misalnya ada satu siswa yang nilai akhirnya hanya sebesar 70,23," katanya.
Padahal, kata dia, nilai akhir terendah siswa yang bukan dari kalangan miskin sebesar 79,43, selisihnya sangat jauh, namun karena sudah komitmen penyediaan kuota 20 persen bagi siswa miskin harus tetap diterima. "Aturannya memang sudah seperti itu, 20 persen dari kuota keseluruhan siswa harus diberikan pada siswa miskin. Karena pendaftar dari siswa miskin hanya lima orang, otomatis seluruhnya diterima," katanya.
Srinatun berjanji tidak akan membedakan perlakuan pada siswa miskin, dan mereka yang kemampuan akademisnya kurang akan dipantau secara khusus agar bisa mengimbangi kemampuan siswa lainnya. Pengumuman seleksi SMA RSBI di Kota Semarang diumumkan 21 Juni ini secara serentak di empat sekolah, yakni SMA Negeri 1 yang menerima 436 siswa, SMA Negeri 2 (416 siswa), SMA Negeri 3 (436 siswa), dan SMA Negeri 4 Semarang (352 siswa).