REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sebanyak 10 siswa penyandang tuna netra dari Sekolah Luar Biasa (SLB) A Wiyata Guna, Jalan Padjadjaran, Bandung, mengikuti Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Menengah Atas yang digelar secara serentak di seluruh Indonesia mulai Senin. Mereka terlihat antusias mengikuti ujian akhir tersebut.
10 pelajar berkebutuhan khusus itu dibagi dalam tiga ruang kelas dan masing-masing kelas diawasi oleh dua pengawas. Para peserta UN itu telah mandiri untuk menempuh ujian tanpa memerlukan pendamping. Selain 10 siswa penyandang tunanetra, di sekolah tersebut juga terdapat satu peserta UN penyandang tuna wicara yang berasal dari SLB B Muhammadiyah, Bandung.
Siswa tunawicara yang menempuh ujian seorang diri di dalam ruang kelas yang dijaga dua pengawas itu melaksanakan UN di SLB A Wiyata Guna karena SLB B Muhammadiyah belum terakreditasi sebagai sekolah penyelenggara UN.
Serupa dengan para siswa SMA, materi hari pertama yang diujikan kepada mereka adalah Bahasa Indonesia. Hanya saja, UN untuk pelajar berkebutuhan khusus hanya berlangsung tiga hari hingga 18 April 2012 sedangkan untuk tingkat SMA, MA, dan SMK berlangsung empat hari hingga 19 April 2012.
Menurut wakil panitia pelaksana UN di SLB A Wiyata Guna, Tarman, hanya terdapat tiga mata pelajaran yang diujikan kepada siswa berkebutuhan khusus yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, dan Bahasa Inggris.
"Karena di sini tidak ada jurusan IPA atau IPS sehingga cuma tiga mata pelajaran umum itu yang diujikan," ujar Tarman.
10 siswa tunanetra peserta UN di SLB A Wiyata Guna tampak serius menelisik soal ujian yang tertera dengan huruf braile. Mereka tekun meraba lembaran soal dengan jemari tangan dan kemudian mencobloskan jawaban dalam huruf braile pada lembaran terpisah.
Seluruh soal ujian untuk siswa tunanetra itu berbentuk pilihan ganda. Seperti pelaksanaan UN di sekolah biasa, pengawas yang ditugaskan di SLB juga diberlakukan sistem silang sehingga berasal dari SLB lain yang masih berada dalam satu wilayah gugus. Tarman mengatakan sampai saat ini tingkat kelulusan di SLB A Wiyata Guna setiap tahun mencapai 100 persen.
Sebagian besar para siswa yang lulus UN, menurut dia, melanjutkan ke perguruan tinggi jurusan pendidikan. "Kebanyakan dari mereka memilih untuk menjadi guru dan akhirnya kembali lagi ke sini untuk mengajar. Mungkin itu yang dianggap mereka paling memungkinkan untuk dikerjakan," tutur Tarman.
Tarman mengatakan sampai saat ini para siswa penyandang tunanetra tersebut mendapatkan kemudahan dari perguruan tinggi negeri maupun swasta untuk menempuh ujian khusus agar bisa melanjutkan pendidikan.