REPUBLIKA.CO.ID,MALANG--Universitas Negeri Malang menyikapi serius terkait pengawasan terhadap tiga sekolah menengah atas di Jawa Timur dalam pelaksanaan seleksi nasional masuk peguruan tinggi negeri jalur undangan, karena ketiga SMA tersebut tahun lalu melakukan kecurangan.
Pembantu Rektor (PR) I Universitas Negeri Malang (UM) Prof Dr Hendyat Sutopo, Sabtu, mengatakan pihaknya masih memberikan kesempatan kepada ketiga SMA itu, namun pengawasannya dilakukan lebih serius dan ketat.
"Kami tidak akan kompromi jika ketiga sekolah bersangkutan melakukan kecurangan lagi. Kami juga sudah memanggil kepala sekolah yang terindikasi berbuat curang pada tahun lalu," kata Hendyat Sutopo.
Tahun lalu, kata dia, ada tiga sekolah yang mendapatkan peringatan keras dalam pendaftaran mahasiswa jalur undangan, karena melakukan kesalahan pengisian data, dan itu disengaja.
Sebenarnya, menurut dia, ketika melakukan verifikasi data, ada lima sekolah yang melakukan kecurangan, namun hanya tiga sekolah yang melakukannya dengan sengaja. Artinya, ketiga sekolah ini sengaja memalsukan nilai rapor siswanya.
Ketiga sekolah tersebut, salah satunya berada di Kabupaten Malang, dan dua lainnya di luar wilayah Malang raya. "Oleh karena itu, sekolah, orang tua atau siswa sendiri melakukan kecurangan karena akan terdeteksi," tegasnya.
Berbeda dengan UM, Universitas Brawijaya (UB) bersikap lebih tegas lagi, sebab sekolah yang tahun lalu melakukan kecurangan langsung masuk daftar hitam, sehingga tahun ini tidak bisa lagi mendaftarkan siswanya untuk mengikuti SNMPTN jalur undangan di kampus tersebut.
Sementara, Ketua Musyarawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Kota Malang Tri Suharno mengemukakan, meski siswa sudah didaftarkan dalam data sekolah dan siswa (PDSS) untuk mengikuti SNMPTN yang berakhir Jumat (8/2), siswa masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki datanya.
Pendaftaran melalui pengisian PDSS masih akan dilanjutkan dengan pendaftaran pemilihan jurusan mulai 11-28 Februari mendatang. "Selama kurun waktu itu siswa bisa melakukan perbaikan data atau mengganti jurusan yang sesuai, namun jangan sering diganti, nanti akan merusak data base PDSS," ujarnya.