Rabu 05 Feb 2014 18:55 WIB

DPR: Ada Dosen Sarjana Dibuatkan IDNN Bergelar Doktor

Rep: Dyah Ratna Meta Novia / Red: Joko Sadewo
Dosen/ilustrasi
Dosen/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PAN Nasrullah mengatakan, data Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN) yang  dikelola Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) itu bermasalah sudah menjadi masalah lama. Menurutnya masalah tersebut sempat ramai namun tetap saja data NIDN tidak diperbaiki.

“Data NIDN tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan memang sering terjadi misalnya ada dosen sudah S3 dan bergelar doktor namun di NIDN gelarnya masih tercantum sarjana sebab tidak ada pembaruan. Begitu pula sebaiknya, dosen gelarnya master namun dicantumkan sebagai doktor,” kata Nasrullah di Jakarta, Rabu, (5/2).

Banyak dosen, ujar Nasrullah, mengeluhkan sistem pendaftaran NIDN via online susah dilakukan terutama di daerah-daerah. Ada dosen dari Sulawesi yang  sudah mengisi form NIDN via online tapi datanya tak bisa terdaftar.

Susahnya mendaftar secara online, kata Nasrullah, mendorong dosen untuk meminta bantuan orang dalam untuk mendaftarkan NIDN-nya. Ini akhirnya menjadi permainan, jadi bisa juga ada dosen yang gelarnya masih sarjana namun minta dibuatkan NIDN dengan gelar doktor.

“Ini merupakan masalah yang serius dan harus ditangani segera oleh Ditjen Dikti. Sebenarnya Ditjen Dikti ingin semua dilakukan secara online namun faktanya mereka belum bisa menyiapkan hardware dan softwarenya dengan baik,” ujar Nasrullah.

Kalau memang semua ingin dilakukan secara online, terang Nasrullah, Ditjen Dikti harus mempersiapkan perangkatnya secara benar. Jangan sampai kelemahan software menjadi sarana untuk permainan.

“Perangkat software dan hardware harus disiapkan. Kalau memang butuh dana, ajukan anggaran saja namun jangan NIDN dibiarkan amburadul seperti saat ini,”kata Nasrullah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement