REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ikatan Keluarga Alumni Universitas Negeri Yogyakarta mengembangkan Kampung Emas Dewi Sri di Plumbungan, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
"Pengembangan kampung emas itu diharapkan dapat memotivasi masyarakat Plumbungan di Desa Putat, Kecamatan Patuk, menjadi elok, mandiri, maju, aspiratif, dan sejahtera," kata pengurus Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Sardiman di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, Bangsa Indonesia mayoritas masyarakatnya hidup di wilayah perdesaan dan bermata pencaharian sebagai petani. Lahan pertanian yang subur dan luas menjadi tumpuan masyarakat untuk bercocok tanam dan menghasilkan beragam sumber pangan bagi anggotanya.
"Kehidupan masyarakat desa dengan tradisi pertaniannya itu merupakan simbol dari kearifan lokal yang sudah berkembang sekian lama untuk menjaga dan merawat kepemilikan lahan dan pangan," katanya.
Selain itu, juga sebagai simbol rasa kesatuan rakyat yang diikat oleh kepentingan terhadap kebutuhan hidup melalui kerja gotong royong untuk terus berproduksi, sekaligus sebagai simbol adanya upaya pengembangan usaha-usaha kreatif demi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
Ia mengatakan hal itu yang menjadi dasar pengembangan kampung emas di Plumbungan. Untuk menandai pengembangan tersebut IKA UNY menyelenggarakan Festival Kampung Emas Dewi Sri.
"Festival itu merupakan salah satu rangkaian kegiatan IKA UNY dalam rangka Dies Natalis Ke-50 UNY," kata Sardiman yang juga Ketua Panitia Festival Kampung Emas Dewi Sri.
Rektor UNY Rochmat Wahab mengatakan kampung emas itu dibangun karena melihat potensi wisata di Gunung Kidul. Saat ini telah terjadi pergeseran wisata di kabupaten itu, yakni dari wisata pantai telah bergeser menjadi agribisnis.
"Kami mengapresiasi IKA UNY yang telah membesarkan Gunung Kidul dan berharap pada masa depannya sehingga tidak hanya maju pertanian dan pariwisatanya tetapi juga maju pendidikannya," katanya.