Jumat 02 May 2014 17:20 WIB

IPB Tambah Tiga Guru Besar

Institut Pertanian Bogor
Foto: primaholidaybandung.blogspot.com
Institut Pertanian Bogor

REPUBLIKA.CO.ID,BODGOR--Institut Pertanian Bogor atau IPB menambah tiga guru besar baru, bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional 2014.

Ketiga guru besar tersebut, dipandu Kepala Kantor Hukum, Promosi, dan Humas IPB Yatri Indah Kusumastuti, Jumat memaparkan ringkasan penelitian yang bakal menjadi orasi ilmiah di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (3/5).

Mereka adalah Prof drh Bambang Pontjo Priosoeryanto, guru besar tetap Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) dengan tema "Penyakit Tumor Pada Hewan: Biologi dan Upaya Penanganannya".

Kemudian, Prof Antonius Suwanto, pakar genetika molekuler dan mikrobiologi yang akan memaparkan tema "Mikrobiom Manusia dan Pangan Fermentasi: Analisis Metagonem dan Nutrigenomik Tempe Indonesia", serta Prof Didik Suharjito, guru besar Fakultas Kehutanan IPB dengan tema "Devolusi Pengelolaan Hutan dan Pembangunan Masyarakat Perdesaan".

Bambang Pontjo Priosoeryanto dalam simpulannya menyatakan bahwa pemahaman akan biologi dan morfologi, serta mekanisme terjadi dan berkembangnya penyakit tumor, khususnya pada hewan, menjadikan suatu keharusan guna menggali lebih banyak informasi tentang penyakit tumor, sehingga dapat diketahui sisi-sisi kelemahan dan sel-sel tumor guna dijadikan titik sasaran dalam upaya mencari strategi yang paling tepat untuk menangani penyakit tersebut.

Karena itu, kata dia, pencarian berbagai bahan obat baru yang berbasis bahan biologik maupun kimia, khususnya tanaman berkhasiat obat perlu terus diupayakan.

Selain itu, perbaikan kondisi lingkungan yang sudah semakin tercemar perlu segera dilakukan, dan pencegahan terjadinya penyakit tumor adalah dengan cara hidup secara sehat, tidak saja untuk diri sendiri tetapi juga untuk semua makhluk hidup yang mendiami dunia, yang telah disediakan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Sedangkan Antonius Suwanto memaparkan bahwa tempe adalah kekayaan unik Indonesia.

"Kita sangat berkepentingan untuk dapat memproduksi dan menentukan standarnya dengan memperhatikan kearifan lokal yang telah menyatu selama berabad-abad dengan proses produksi tempe," kata anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) itu.

Untuk itu, katanya, penelitian dasar dan upaya guna peningkatan nilai tambah tempe perlu dipacu."Peningkatan nilai tambah tempe itu harus dipacu bila Indonesia tidak ingin didikte oleh negara lain dalam hal penentuan kualitas atau cara produksi tempe," katanya.

Sementara itu, Didik Suharjito mengemukakan bahwa gejala degradasi hutan dan konflik penguasaan kawasan hutan berkaitan dengan akumulasi permasalahan mendasar dalam politik pembangunan kehutanan selama ini.

"Khususnya politik yang memarjinalkan masyarakat desa hutan untuk dapat berperan dalam pembangunan kehutanan," katanya.

Karena itu, kata dia, upaya-upaya membalik kondisi degradasi harus segera dilakukan untuk mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari.

Dikemukakan bahwa devolusi pengelolaan hutan menjadi jalan menuju pengelolaan hutan yang lestari, berkeadilan sosial dan kemakmuran bangsa.

Ia menjelaskan bahwa devolusi pengelolaan kehutanan didefinisikan sebagai pelimpahan kekuasaan dari pemerintah pusat kepada masyarakat desa hutan.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement