Selasa 28 Oct 2014 17:21 WIB

IPB: Subsidi Pupuk Kurang Tepat

 Prof Dr GA Watimena (kanan)
Prof Dr GA Watimena (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Di tengah gempuran produk impor, pemerintah didesak untuk memberikan perhatian lebih kepada para petani agar dapat lebih mandiri. Subsidi petani yang selama ini diberikan pemerintah dalam bentuk bantuan harga pupuk murah, dianggap tidak tepat. Seharusnya pemerintah menyubsidi petani dengan membeli hasil pertanian dengan harga yang pantas.

Demikian disampaikan Guru Besar Bidang Hortikultura Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr GA Watimena dalam diskusi dengan wartawan bertajuk “Jala Ipam, Varietas Kentang Baru Solusi Impor Bahan Baku French Fries”, di Kampus IPB Dramaga, belum lama ini.

Watimena mengatakan bahwa menyubsidi petani dengan harga pupuk yang murah menjadikan produksi rendah. Mengapa demikian? “Karena petani kurang terpacu. Bandingkan dengan subsidi pembelian harga mahal, petani akan lebih produktif dan akan berlomba-lomba menghasilkan produk pertanian dengan kualitas bagus, sehingga peningkatan produksi bisa tercapai,” tutur Watimena yang konsisten meneliti kentang sejak bangku kuliah strata satu itu.

Di tempat yang sama, Kepala Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat (LPPM) IPB Prof Dr Suharsono menambahkan, selain subsidi petani yang tepat sasaran, pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan peneliti. Ia memberikan gambaran, PPSHB LPPM IPB belum lama ini memperoleh Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor: 028/Kpts/SR.120/D.2.7/4/2014 tentang Varietas Kentang Jala Ipam.

Menurutnya, Jala Ipam diyakini akan mampu menjawab kebutuhan kentang French Fries yang sampai saat ini seluruhnya masih diimpor. “Bilamana produksi kentang ini tidak segera dimulai, maka Indonesia akan mengimpor terus menerus,” ujarnya seraya mengatakan, Jala Ipam hanyalah satu dari 150 calon varietas kentang lain yang menunggu uji multilokasi dan pengembangan lainnya.

Sekadar diketahui, kentang merupakan komoditas yang penting, menempati peringkat keempat dunia untuk tanaman pangan berdasarkan luas tanam setelah jagung, gandum, dan padi. Bahkan, di Indonesia pun keberadaannya penting sebab menjadi salah satu alternatif untuk diversifikasi pangan. Kentang segar dapat dikonsumsi dengan cara dibakar, direbus, atau digoreng. Kentang juga cocok bagi para penderita diabetes.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement