REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perubahan status perguruan tinggi Islam negeri menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) membuka peluang besar terbukanya fakultas ilmu umum. Namun, ada kekhawatiran usaha melahirkan berbagai fakultas ilmu umum di UIN, dapat menggeser peran utama UIN dalam bidang ilmu keagamaan.
"Kehadiran program studi umum jangan sampai menjadikan fakultas bidang agama menjadi inferior, tetapi harus tetap menjadi superior," kata Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan tinggi (Menristek Dikti) M Nasir, akhir pekan lalu.
Hal ini terlontar karena indikator tingginya minat calon mahasiswa terhadap fakultas ilmu umum yang mengalahkan fakultas ilmu agama. Maka, Menristek Dikti menegaskan bahwa UIN harus tetap mengunggulkan Fakultas Agama sebagai identitas utama perguruan tinggi Islam negeri.
Karenanya, menurutnya, perlu ada pengintegrasian ilmu. Program studi umum merupakan pelengkap dengan kajian ilmu agama yang benar dan dalil yang shahih. Sehingga dalam praktek dan pelaksanaan ilmu pengetahuan tersebut, tetap membawa pesan spiritual yang selaras di tengah masyarakat.
“Karakter keilmuan seperti inilah yang mampu mengembalikan kejayaan peradaban Islam, termasuk membawa umat Islam mampu berkompetisi secara global,” ujar Nasir.
Walaupun UIN gencar membuka program studi ilmu umum, namun minat mahasiswa terhadap program studi agama dianggap tetap tinggi. Hal ini menjadi keyakinan Rektor UIN Ar Raniry Farid Wajdi Ibrahim.
"Jumlah penerimaan mahasiswa seiring pergantian status juga meningkat dibanding sebelumnya yakni sekitar 3 ribu menjadi 5 ribu mahasiswa," ujarnya.
Ia juga mengatakan, jumlah mahasiswa di universitas tersebut juga akan terus bertambah dan akan mencapai 20 ribu mahasiswa.
Ia menambahkan, pada tahun sebelumnya juga ada sebanyak 300 mahasiswa luar negeri yang melanjutkan studi di UIN Ar-Raniry, di antaranya berasal dari Malaysia, Thailand dan Turki.