REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Lima orang mahasiswa dan mahasiswi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menciptakan nastar (kue kering) berbahan daun kelor yang bisa memperlancar air susu ibu (ASI) bagi ibu yang menyusui.
"Selama ini orang mengonsumsi daun katuk untuk memperlancar ASI, padahal daun kelor justru memiliki kandungan fitosterol yang lebih banyak untuk memperlancar ASI," kata mahasiswi D3 Kebidanan Unusa, Isnaini Karimah di Surabaya, Jumat.
Ia bersama empat rekannya yakni Leni Widianti (D3 Kebidanan), Lailatus Zuroroh (D3 Kebidanan), Sifatul Dadilah (S1 Gizi), dan Mohammad Rizal (S2 Ekonomi Manajemen), telah meraih hibah dari Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) untuk program mahasiswa wirausaha (PMW).
Akhirnya, tiga mahasiswi kebidanan bersama satu mahasiswi gizi dan satu mahasiswa ekonomi manajemen itu mencari formula bahan yang sesuai dengan ilmu yang mereka pelajari di Unusa yakni makanan untuk ibu hamil.
"Sebagai calon tenaga kesehatan, kami berpikir tentang program pemerintah yang mencanangkan tentang pemberian ASI ekslusif pada bayi selama enam bulan pertama, namun program itu kurang maksimal," katanya.
Oleh karena itu, perlu inovasi untuk bisa menyukseskan program itu. "Akhirnya, saya berpikir tentang daun kelor yang memiliki kandungan fitosterol untuk memperlancar ASI," katanya.
Mereka pun sepakat untuk menjadikan daun kelor sebagai bahan dasar dari program bisnis yang dikirimkan ke Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) VII Jawa Timur.
"Bahan dasar itu kami sepakati untuk membuat nastar, karena makanan ekstrak itu sangat terkenal dan banyak yang suka," katanya.
Oleh karena itu, satu ahli gizi berperan mengukur kandungan gizi dari bahan yang nantinya akan dipergunakan, sedangkan satu lagi dari manajemen adalah untuk menghitung untung dan rugi dari bisnis yang ada.
"Akhirnya jadilah Bola Nastar Moringa Olifera atau nastar daun kelor. Nastar buatan kami tidak jauh berbeda bahannya dengan bahan pembuatan nastar pada umumnya," katanya.
Bedanya, mereka membuatnya dari tepung daun kelor yang dibuat sendiri dengan mengeringkan daun-daunnya dan menggilingnya hingga halus.
"Terus terang, saat pertama kali membuat nastar ini, rasanya seperti jamu, karena komposisi yang digunakan antara tepung terigu dan tepung daun kelor, jumlahnya sama," katanya.
Namun, mereka bersyukur karena proposal yang diajukan menarik dewan juri, sehingga mereka berhasil mendapatkan hibah dari Dikti.
"Karena sudah mendapat hibah, kami pun lantas kursus boga agar produk kami ini bisa lebih bagus dan disukai. Hasilnya, komposisi tepung daun kelor ternyata cukup 10 persen dibandingkan tepung terigu, sehingga rasanya enak," kata Isnaini, tertawa.
Kini, mereka berlima sudah bisa menentukan arah bisnis mereka. Targetnya minimal akan membuat 160 toples dengan harga jual Rp25 ribu. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat 160 toples itu sekitar Rp1.750.000 sehingga keuntungannya Rp2.250.000.