Sabtu 19 Dec 2015 14:25 WIB

Kemendikbud: Perguruan Tinggi Mulai Terbuka pada Penyandang Disabilitas

Rep: C13/ Red: Winda Destiana Putri
 Sejumlah penyandang disabilitas tuna netra berjalan santai menyambut Hari Disabilitas Internasional
Foto: ANTARA FOTO/Yahanan Sulam
Sejumlah penyandang disabilitas tuna netra berjalan santai menyambut Hari Disabilitas Internasional

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini sudah mulai banyak Perguruan Tinggi (PT) yang membuka diri untuk para penyandang disabilitas. Mereka sudah mulai mengizinkan penyandang disabilitas untuk bisa menikmati pendidikan.

"Perguruan Tinggi sekarang sudah terbuka bagi anak disabilitas," kata Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Kemendikbud, Hamid Muhammad dalam Acara Peringatan Hari Disabilitas Internasional di Gedung A Kantor Kemendikbud, Jakarta, Sabtu (19/12).

Menurut Hamid, di masa sebelumnya hanya beberapa PT yang bisa dijadikan wadah bagi penyandang disabilitas dalam mengenyam pendidikan tinggi. Mereka hanya bisa berkuliah di PT-PT yang memiliki jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB). Misal, dia melanjutkan, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Negeri Malang (UM) dan sebagainya.

Sementara saat ini banyak PT besar yang mulai memberikan alokasi khusus dalam penerimaan mahasiswa baru para disabilitas. Hamid mencontohkan seperti Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Brawijaya (Unibraw), Insitut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta dan lainnya.

"Banyak anak-anak disabilitas yang diterima di sana," terang Hamid.

Menurut Hamid, keberhasilan studi mahasiswa disabilitas saat ini sangat besar. Meski demikian, dia mengaku sosialisasi terhadap seluruh PT terkait pendidikan tinggi terhadap para disabilitas masih perlu terus dilakukan. Apalagi beredar kabar masih ada PT yang menolak calon mahasiswa disabilitas. Dia berpendapat, sikap ini merupakan tanda kurangnya pemahaman mereka selama ini.

Agar semua bisa paham, Hamid menyatakan, memang perlu ada gerakan penyadaran secara nasional. Sehingga, lanjut dia, kondisi-kondisi itu dapat hilang di masa mendatang.

Hamid juga menambahkan, pada dasarnya anak-anak disabilitas itu memiliki kemampuan. Kemampuan hanya perlu dioptimalisasikan dengan diberikan kepercayaan dan kesempatan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement