REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN – Rektor Universitas Padjadjaran (Unpad), Tri Hanggono Ahmad mengatakan, dana pemerintah pusat tidak dapat menjadi satu-satunya sumber pemasukan untuk meningkatkan riset di kampus. Hal ini berarti dalam meningkatkan dan menumbuhkambangkan inovasi serta riset kampus tidak bisa mengandalkan anggaran pemerintah saja.
Menurut Tri, pihak kampus juga harus bisa bekerjasama dengan banyak lembaga dan insitusi. “Maka itu kita bekerjasama dengan pemerintah provinsi dan industri-insutri yang ada di daerah,” ujar Tri kepada wartawan pada sela Rapat Kerja Nasional Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) di Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Tangerang Selatan, Senin (1/2).
Tri menerangkan, kerjasama ini tidak hanya berkenaan dengan beasiswa pendidikan. Namun, lanjut dia, berupaya membangun wahana pendidikan dan riset. Secara keseluruhan, Bantuan Opreasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) dari Kemenristekdikti pada tahun ini masih berkisar Rp 90 Miliar di UNPAD. Biaya riset sendiri dianggarkan 20 persenan dari BOPTN tersebut.
Di samping itu, Tri mengutarakan, para professor juga menjadi motor atas riset di Unpad. Oleh sebab itu, Unpad menjamin semua professor mendapatkan grand riset. Mereka dipersiapkan anggaran minimal Rp 100 Juta per tahun untuk grand risetnya. Jika tidak produktif, lanjut dia, maka anggaranya pun akan dihentikan.