Selasa 12 Apr 2016 18:33 WIB

Upaya ITS Bantu-Bantu Selesaikan Masalah Lingkungan di Surabaya

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengundang Komunitas Peduli Surabaya Rek Ayo Rek (RAR) dan pemerhati lingkungan untuk mendiskusikan masalah lingkungan, Selasa (12/4)
Foto: ITS
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengundang Komunitas Peduli Surabaya Rek Ayo Rek (RAR) dan pemerhati lingkungan untuk mendiskusikan masalah lingkungan, Selasa (12/4)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA --  Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengundang Komunitas Peduli Surabaya Rek Ayo Rek (RAR) dan pemerhati lingkungan untuk mendiskusikan masalah lingkungan, Selasa (12/4). Tak ketinggalan, dihadirkan pula tenaga ahli berbagai bidang dari ITS dalam diskusi ganyeng bertajuk Rembugan Mbangun Suroboyo.

“ITS merupakan gudangnya para ahli teknik yang berkaitan dengan infrastruktur, sehingga sangat dimungkinkan melalui pengabdian masyarakatnya, ITS bisa terlibat langsung dalam pembangunan kota Surabaya, dalam kaitan ini RAR bisa memberikan informasinya,” ujar Jamhadi, Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Surabaya, yang turut hadir.

Dalam kesempatan tersebut, berbagai elemen membahas tentang permasalahan lingkungan di Surabaya. Misalnya tentang sanitasi di Surabaya yang masih tertinggal dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Berbagai sungai di Surabaya yang telah banyak yang tercemar saat ini dan cukup memprihatinkan.

“Saat ini di Surabaya masih ada 16.000 kepala keluarga yang belum memiliki jamban yang layak. Masih banyak saluran toilet atau WC di Surabaya yang dialirkah ke drainase, sehingga Surabaya masih belum bisa dikatakan sebagai kota yang bersih jika melihat hal tersebut,” ujar Koordinator Pusat Penelitian Lingkungan, Permukiman dan Infrastruktur ITS, Agus Slamet.

Meski begitu, ITS berupaya memberikan berbagai solusi. Misalnya, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal yang berada di Kejawan Putih dan stren Kali Gunung Sari. Alat pengolahan limbah tersebut merupakan karya Rektor ITS Joni Hermana. Sistemnya yaitu, limbah rumah tangga di daerah tersebut diolah dalam limbah komunal yang berada di bawah jalan, lalu bisa digunakan kembali sebagai air bersih.

Alat ini sudah digunakan di berbagai daerah. Masyarakat bahu-membahu untuk  membangunnya. Namun, kata dia, terkesan lambat karena masih terkendala masalah hak paten. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyarankan agar saya mematenkan alat tersebut. Namun, hak paten tersebut tidak lantas ia luncurkan mengingat tujuan awal terciptanya alat tersebut yaitu untuk membantu masyarakat sekitar.

Tak hanya sanitasi, salah seorang peserta diskusi juga menyarankan untuk diolahnya air laut sebagai sumber air untuk Surabaya dan ITS sebagai tenaga ahli di dalamnya. Hal lain yang dilontarkan selama diskusi juga mengenai reklamasi pantai di Surabaya. Dalam diskusi, disebutkan bahwa Surabaya termasuk kota yang telah banyak melakukan reklamasi.

Oki Lukito, pengamat kemaritiman menyayangkan semakin maraknya reklamasi yang ada di Surabaya. Ia menyarankan agar ITS dapat menangani hal ini sebagai tenaga ahli dan memperingatkan pemerintah kota Surabaya untuk mengurangi atau bahkan memberhentikan reklamasi yang ada di Surabaya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement