REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Inflamasi atau peradangan biasa terjadi pada manusia karena cedera atau infeksi. Berbagai obat anti inflamasi pun banyak tersedia di mana-mana. Hanya saja, kebanyakan obat anti inflamasi terbuat dari bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan efek samping jika digunakan jangka panjang.
“Pengobatan inflamasi dengan menggunakan obat-obatan sintetis ini dapat memunculkan efek samping seperti kerusakan pada lambung jika digunakan dalam waktu lama,” kata mahasiswa Fakultas Farmasi UGM, Apriliyani Sofa Marwaningtyas, Selasa (31/1).
Melihat kondisi tersebut, ia bersama dengan keempat rekannya yaitu Dea Amelia K, Ahmad Eko P, Nadia Khairunnisa, serta Ragil Anang berupaya membuat obat anti-inflamasi dari bahan-bahan herbal yang mudah ditemukan di alam. Kelimanya pun meneliti manfaat ekstrak daun meniran (Phyllantus Niruri L) dan daun mangsi atau imer (Securinega Virosa).
Menurutnya, imer dan meniran merupakan tanaman liar yang banyak ditemukan di Indonesia. Kedua tanaman ini dikenal dapat mengobati radang atau bengkak. Daun mangsi memiliki kandungan senyawa securinine tinggi yang dapat menurunkan inflamasi. Sementara daun meniran mengandung senyawa filantin yang terbukti memiliki aktivitas anti inflamasi dan menguatkan imunitas.
“Ekstrak daun meniran dan daun imer ini bisa mengobati bengkak. Namun obat ini spesifik kita tujukan untuk inflamasi penyakit kronis seperti kanker, transplantasi, dan auto-imun,” katanya.
April mengemukakan, pengembangan anti inflamasi ini bermula ketika ia mengalami bengkak di kaki. Ia pun mendatangi tukang pijat tradisional untuk mengobati bengkaknya. Setelah dipijat, bagian kaki yang bengkak ditempel dengan tumbukan daun dan bengkaknya berkurang dengan cepat. Bengkaknya bisa cepat mengempis dalam satu hari.
Setelah itu April berusaha mencari tahu tanaman yang digunakan oleh tukang pijat. Hasilnya, tanaman yang digunakan merupakan daun Imer yang mengandung securinine dan berkhasiat untuk mengobati peradangan. “Kami pun mengkombinasikan imer dengan meniran yang memang terkenal digunakan sebagai anti-inflamasi,” tuturnya.
Penelitian pun dilakukan dengan mengekstrak kedua daun tersebut. Selanjutnya ekstrak diujikan pada tikus yang sebelumnya telah diinduksi dengan dengan senyawa inflamasi pada bagian kakinya. Tikus yang telah dibengkakkan kakinya di injeksi per oral selama 14 hari. Penelitian ini menggunakan 30 tikus dibagi ke dalam 6 kelompok kontrol, termasuk dengan bahan pembanding obat-obatan kimia.
“Bengkak kaki tikus yang diberikan eksktrak meniran dan imer bisa turun secara signifikan,” kata Nadia.
Penelitian terkait penggunaan daun meniran dan imer secara bersamaan untuk obat inflamasi ini merupakan pertamanya di dunia. Selama ini penelitian baru dilakukan hanya pada meniran atau imer saja, belum berupa kombinasi keduanya.
“Dalam jurnal ilmiah, di dalam ataupun luar negeri belum ada penelitian yang mengkombinasikan antara meniran dan imer,” tuturnya.