Selasa 14 Mar 2017 15:51 WIB

Dosen yang Terbiasa Melakukan Riset Masih Sedikit

Rep: Fuji E Permana/ Red: Yudha Manggala P Putra
Dosen yang sedang mengajar para mahasiswa (ilustrasi)
Foto: theguardian.com
Dosen yang sedang mengajar para mahasiswa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Advokasi Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah, Dadi Darmadi mengatakan, riset di PTKIN biasanya terhambat di regulasi, pendanaan dan kebiasaan dosen. Sebab, dosen yang mempunyai kebiasaan melakukan riset hanya sedikit.

"Karena secara kultural banyak (dosen) yang gak percaya diri, untuk menulis proposal saja tidak percaya diri," kata Dadi kepada Republika di UIN Syrarif Hidayatullah saat Workshop Nasional membahas tentang Hambatan-hambatan Riset di PTKIN, Selasa (14/3).

Ia menerangkan, kalau pun dosen melakukan riset, hanya melakukan riset yang didanai oleh fakultas dan kampusnya saja. Keberanian dosen untuk melakukan riset dan menulis di luar kampus atau di dunia Internasional pun masih kurang.

Ia mengungkapkan, dosen-dosen juga jarang yang mendapat dana riset dari perguruan tinggi lain atau negara lain. Padahal sesuatu seperti membuat proposal dan melakukan riset bisa dipelajari. Di samping tidak percaya diri, mereka juga melihat kemungkinan tidak lulus seleksi karena persaingan yang ketat saat mengajukan proposal.

"Secara regulasi dosen mempunyai tiga kewajiban. Mengajar, penelitian (riset) dan melakukan pengabdian masyarakat," ujarnya. (Tugas Dosen Selain Mengajar adalah Melakukan Riset)

Ia juga menyampaikan, secara struktural memang banyak masalah karena laporan dalam proses riset rumit. Dana yang turun untuk riset telat. Pelaporan administrasi riset juga susah. Sehingga, penelitian yang seharusnya dilakukan selama satu tahun, tapi efektifnya hanya empat bulan. Hal ini terjadi karena menunggu dana riset terlalu lama.

Selain itu, kalau dosen mau ke lapangan susah disetujui. Intinya administrasi riset lebih banyak ketimbang penelitiannya. Hambatan-hambatan ini juga diduga menjadi penyebab masih sedikitnya dosen yang melakukan riset dan mempublikasikannya menjadi jurnal.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement