REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Para peneliti Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI. Mereka adalah Dr Burhanuddin, Tintin Sarianti SP, MM dan Ir Mintarti MSi.
Program IbM yang mereka usung adalah Kelompok “Cassava Chips” Berbasis Keluarga Pra Sejahtera di Kelurahan Menteng Kota, Bogor dan Desa Neglasari Kabupaten, Bogor, Jawa Barat. Mintarti mengatakan tujuan kegiatan ini adalah untuk mengurangi jumlah keluarga miskin di dua lokasi kegiatan tersebut. “Tujuan khususnya adalah meningkatkan penghasilan keluarga-keluarga miskin peserta program,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (7/9).
Ia menambahkan, hasil pendataan dan pemetaan keluarga menunjukkan, jumlah keluarga miskin di RW 11 Kelurahan Menteng sebanyak 23,79 persen. Sedangkan jumlah keluarga miskin di RW. 6 Desa Neglasari adalah 18,86 persen. Batasan keluarga miskin dalam kegiatan ini adalah keluarga Pra KS (Pra Sejahtera) yang dicirikan dengan tidak bisa makan dua kali sehari; tidak memiliki pakaian yang cukup untuk berbagai kegiatan;kondisi atap, lantai dan dinding rumah tidak layak; tidak bisa akses ke sarana kesehatan karena keterbatasan biaya; dan anak usia sekolah yang tidak bisa bersekolah karena ketidakmampuan ekonomi.
Mintarti menyampaikan akar permasalahan kemiskinan di Kelurahan Menteng dan Desa Neglasari adalah keterbatasan ekonomi, sehingga solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah strategi peningkatan penghasilan keluarga-keluarga (KK) Pra KS melalui penumbuhan kelompok wirausaha “Cassava Chips” berbasis potensi lokal. Keluarga Pra KS didekati, dimotivasi, diseleksi untuk menjadi wirausaha baru di bidang industri keripik singkong.
Ia menjelaskan, keripik singkong atau Cassava Chips dipilih sebagai komoditas usaha karena Desa Neglasari sudah memiliki industri keripik singkong ‘Miraos’ yang sudah cukup berkembang. Industri keripik singkong Miraos inilah yang menjadi ‘bapak asuh’ bagi kelompok wirausaha baru yang beranggotakan KK Pra KS tersebut. Jumlah KK Pra KS peserta program adalah lima orang dari Kelurahan Menteng dan lima orang dari Desa Neglasari.
Dua kelompok wirausaha baru yang telah dibentuk melalui program ini adalah kelompok Dapur 38, Kelurahan Menteng dan kelompok Mekar Usaha, Desa Neglasari. “Kedua kelompok tersebut di-treatment dengan berbagai pelatihan dan pemberian motivasi agar mereka bisa siap mental, fisik dan keterampilan menjadi wirausaha,” tuturnya.
Eros (42), angggota kelompok Mekar Usaha mengaku senang dengan adanya program ini. Sebelumnya, untuk membantu suami yang bekerja sebagai penjual sayur, ia menjadi pembantu rumah tangga. “Alhamdulillah, dengan ikut kelompok ini saya sudah ada gambaran ke depan. Walaupun hasilnya belum seberapa, tapi saya senang ada kegiatan setiap harinya. Apalagi dilakukan bersama ibu-ibu lain, saya jadi semangat untuk maju bersama,” ujarnya.
Jenis olahan cassava chips di kedua kelompok tersebut adalah emping singkong. Suatu produk kuliner baru yang mereka harapkan bisa jadi oleh-oleh khas Bogor setelah talas.