REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG --- Alumni dan Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) harus mampu membangun rasa optimisme yang tinggi di masyarakat. Menurut Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, selain memberi kinerja yang optimal, semua Praja pun dituntut mampu memberi rasa tenang ke masyarakat di tengah maraknya isu-isu yang muncul saat ini.
"Bangun rasa optimisme di masyarakat. Untuk maju, mempercepat pemerataan pembangunan dan kesejahteraan rakyat," ujar Tjahjo saat membuka temu akbar alumni IPDN, di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Kamis (5/4).
Mendagri, Tjahjo Kumolo di IPDN (Arie Lukihardianti / Republika)
Menurut Tjahjo, ia merasa sedih dengan adanya tokoh yang mengungkapkan Indonesia akan bubar pada 2030. Padahal, bangsa ini memiliki segudang potensi yang bisa menjadi kekuatan untuk membangun dan lebih baik.
"Jangan jadi pemimpin yang pesimis. Sedih saya. Sampai kiamat nanti, harus ada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jangan bangun masyarakat kita pesimis," katanya.
Oleh karena itu, ia meminta para aparatur sipil negara ini terus memberi pengabdian yang terbaik untuk masyarakat dan negara. Salah satunya, dengan melawan pihak-pihak yang telah merendahkan harga diri bangsa dan negara.
"Mengkritik boleh, tapi yang menghina diri kita, harus kita lawan. Melawan yang menghina harga diri kita adalah menjaga kehormatan dan harga diri kita," katanya.
Tjahjo mengatakan, salah satu cara membangun rasa optimisme yang tinggi dan melawan penghina di masyarakat adalah dengan menginformasikan berbagai kesuksesan pemerintah. Ia pun meminta alumni dan praja IPDN membuka fakta pembangunan secara objektif ke masyarakat.
Tjahjo mencontohkan, saat ini seluruh pulau di Tanah Air telah terhubung dengan terus dibangunnya bandara dan pelabuhan. "Mulai Pulau Ronde Sabang sampai perbatasan Papua Barat dengan Republik Palau. Itu sudah bisa terhubungkan dengan baik melalui udara dan laut," katanya.
Selain itu, menurutnya Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla telah menginstruksikan pembangunan infrastruktur di seluruh daerah perbatasan. Selain itu, pemerintah pun sudah membangun 59 waduk besar dan 2.600 embung-embung (penampungan air) untuk mempercepat pembangunan irigasi.
"NTT yang asalnya tanpa air, sekarang ada lima waduk besar, puluhan embung-embung," katanya.
Tjahjo pun meminta semua abdi negara mengawal pembangunan di desa seiring terus disalurkannya dana ke desa-desa. "Sampaikan ini. Biarkan walau ada yang mencibir. Biarkan dikira ngibul. Tapi tidak ada satu pun yang ngibul," kata Tjahjo seraya mengatakan alumni pun harus mengawal program pembangunan desa yang triliunan dianggarkan setiap tahun.