REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di bawah naungan Asosiasi Pendidikan Tinggi Informatika & Komputer (Aptikom), kampus STMIK Nusa Mandiri melakukan kerja sama pendidikan dengan Universitas Kogauin, Jepang.
Penandatanganan kerja sama ini berlangsung di Universitas Kogakuin, Hachioji-shi, Tokyo, Jepang, bersamaan dengan rangkaian kegiatan Aptikom Goes to Japan pada tanggal 16 -22 April 2018.
Kerja sama dilakukan oleh Presiden Universitas Kogakuin Dr Mitsunobu Sato dan Ketua Umum APTIKOM Prof Ir Zainal A Hasibuan, MLS, PhD bersama 21 Pimpinan Perguruan Tinggi Informatika & Komputer, salah satunya Ketua STMIK Nusa Mandiri, Dr Mochamad Wahyudi, MM, MKom, MPd.
Menurut Wahyudi, kerja sama ini dilakukan untuk memperkuat persahabatan serta meningkatkan kualitas pendidikan antara perguruan tinggi dari dua negara tersebut.
“Kerja sama ini salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan di antara perguruan tinggi di kedua negara, khususnya di STMIK Nusa Mandiri. Yakni, dengan mengetahui dan memahami pendidikan di Jepang sebagai salah satu negara maju dalam bidang teknologi. Nantinya bekal pengetahuan yang telah diterima, dapat diterapkan dan disesuaikan dengan pendidikan di Indonesia,” kata Wahyudi.
Wahyudi menambahkan, kerja sama ini ditekankan pada pengembangan penelitian serta kualitas civitas akademi di antara kedua perguruan tinggi. Misalnya, pertukaran dosen, melakukan penelitian bersama dan publikasi karya ilmiah bersama. Selain itu, juga akan dilakukan serta pertukaran sistem pembelajaran, mahasiswa serta budaya.
Ia juga berharap, dengan terlaksananya kerja sama yang akan dilaksanakan kurang lebih selama lima tahun ini, civitas akademi, seperti dosen dan mahasiswa mampu meningkatkan hard skill dan soft skill yang dimiliki.
“Saya berharap dosen maupun mahasiswa kita dapat memanfaatkan dengan maksimalkan materi kerja sama ini. Sehingga kemampuan hard-skill maupun soft-kill dapat meningkat, seperti pada kegiatan publikasi karya ilmiah maupun kegiatan pertukaran keilmuan dan informasi. Sebagai kesiapan dalam menghadapi era disruptif yang saat ini sedang terjadi di Indonesia,” tutur Wahyudi.