Senin 16 Jul 2018 20:02 WIB

Langgam Jawa Keroncong di Mata Profesor Asal AS

Keroncong ini bukanlah dari Portugis tapi ini memang asli Indonesia

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Esthi Maharani
Pentas keroncong
Foto: Istimewa
Pentas keroncong

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (FGB ITB) mengadakan seminar bertajuk “Empirical Analysis of Cello-Drumming in Langgam Jawa Keroncong” bersama University of Richmond USA akhir pekan lalu.

Seminar ini digelar dengan menghadirkan Andy McGraw, Associate Professor of Music School of Arts & Sciences University of Richmond USA. Selain berisi presentasi penelitian Prof. Andy tentang seni musik Keroncong, juga menampilkan kesenian musik dari Grup Keroncong Rumput dari Richmond, USA.

Menurut Andy, seni musik keroncong ini adalah tentang 'roso' (rasa). Dalam presentasi seminarnya, ia menerangkan nada Selo dalam bentuk diagram  dilengkapi audio untuk lebih mengenal rasa seni musik keroncong yang dimaksud secara kuantitatif. Andy pun menyampaikan kekagumannya terhadap seni musik keroncong langgam jawa ini.

Bagi Andy yang juga pengajar musik gamelan Bali ini, saat memainkan Keroncong, ada spirit yang terasa berbeda dibandingkan ketika memainkan musik lainnya.

"Saya harus mengatakan, bahwa keroncong ini bukanlah dari Portugis tapi ini memang asli Indonesia," katanya dalam siaran pers yang diterima Republika, Senin (16/7).

Ia mengatakan karena ketertarikan terhadap musik inilah, ia pun membuat grup Kroncong Rumput dan sering tampil di berbagai even di Indonesia dan Amerika. Dalam musik Keroncong, ia memainkan Selo dan mengaku bisa memainkan sekitar 30 lagu dalam bahasa jawa. Tujuh orang di dalam grup keroncong rumput ini berkesempatan memainkan lima lagu di BPI.

Salah satu guru besar ITB Prof Ismunandar mengatakan, kehadiran kelompok musik keroncong ini sangat membantu Kedutaan Besar RI di Amerika dalam mengenalkan musik Keroncong di Amerika. Sehingga budaya Indonesia dikenal oleh masyarakat Amerika.

"Selain itu mereka juga sering membantu KBRI mempromosikan kebudayaan Jawa dan Bali di Amerika," kata Prof. Ismunandar yang pernah menjabat Atase Pendidikan dan Kebudayaan di KBRI Washington DC.

Ia mengatakan, grup Keroncong Rumput yang dimotori Hannah Marie Standiford, dan Prof. Andy McGraw ini berasal dari Virginia, Amerika Serikat. Grup musik ini selalu menerima anggota baru dan memiliki jadwal latihan rutin gamelan atau keroncong yang diikuti oleh publik di Richmond. Anggotanya mulai dari yang berusia 10 hingga 60 tahun. Tiga anggota inti komunitas Ragakusuma (rumput) ini adalah lulusan Darmasiswa, sebuah program beasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk warga negara asing. 

“Sebagian besar anggota kelompoknya juga merupakan anggota kelompok gamelan Raga Kusuma. Andy selain mengajar gamelan Bali, juga dikenal aktif melakukan riset analisis musik perkusi Bali, studi komparatif musik sebagai praktis etnis di Bali,” terang Prof. Ismunandar. Tahun ini mereka mengadakan tour di Jawa, dan telah tampil di Bentara Budaya Solo bersama Waljinah, dan juga di America, UKSW

Vokalis Hannah Marie Standiford mengaku sangat senang bisa tampil di Kampus ITB. Ini merupakan pengalaman baru bagi Hannah karena biasanya ia sering tampil di acara musik, tempat seni, dan tempat kebudayaan.

"Tetapi saya pikir presentasi dari Andy Mc Graw itu menjembatani ilmu dan seni hari ini. Orang di sini semangat ada banyak pertanyaan, dan juga bisa menikmati," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement