REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta menggelar pameran bertajuk Sense of Place di Masjid Gedhe Kauman. Itu merupakan puncak program Architectural Conservation Field School di Kampung Kauman selama tiga pekan.
Kegiatan itu sendiri diinisiasi Progra Studi Arsitektur UII, berkolaborasi dengan National University of Singapore (NUS) dan University of Malaya. Pameran menyajikan hasil dokumentasi Kauman.
Peserta merancang cultural mapping yang digunakan untuk sebagai petunjuk desain perancangan Kauman pada masa mendatang. Selain itu, kegiatan turut menghadirkan hasil-hasil rancangan untuk beberapa titik di Kauman.
Utamanya, yang dipandang penting seperti Adaptive Re-Use Ndalem Pengulon, Infill Design Batik H Badjuri dan kawasan konservasi makam Nyai Ahmad Dahlan. Hasil program-program itu tidak lain merupakan pelestarian kawasan.
Professor Departmen of Architecture NUS, Johannes Widodo, mengatakan program turut bertujuan membangkitkan kembali kecintaan terhadap budaya dan sejarah. Namun, dibuat dengan model pembelajaran yang lebih mutakhir.
Sebab, mahasiswa mencoba merancang Kauman dalam kurun waktu 100-200 tahun ke depan. Rancangan yang dibuat sesuai dengan kebutuhan zaman, tapi tidak lepas dari nilai-nilai Kauman itu sendiri.
Ia menekankan, hasil program ini pertama hubungan persahabatan yang dibangun tiga negara yakni Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Widodo berharap, ke depan kolaborasi bisa dibangun ke tingkat yang lebih luas yaitu ASEAN.
"Hasil kedua adalah manual pedoman pelestarian," kata Widodo, di Ndalem Pengulon.
Menurut Widodo, sebelumnya belum ada pedoman pelestarian kawasan Kauman. Karenanya, program ini membuat pedoman untuk diajukan sebagai acuan dalam pelestarian baik oleh pemerintah, institusi, maupun masyarakat Kauman sendiri.
Wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan UII, Wiryono Raharjo menilai, Kauman merupakan warisan sejarah dan budaya yang harus dijaga. Ia menekankan Kauman tidak bisa dilepaskan dari empat elemen Kota Yogyakarta.
Mulai keraton, masjid, alun-alun, dan pasar. Kauman tidak bisa dipisahkan dari bangunan Masjid Gedhe. Sayang, walau cuma berjarak ratusan meter dari Keraton Yogyakarta, Kauman masih belum ditetapkan sebagai cagar budaya.
"Ke depan program seperti ini akan kembali dilakukan tidak cuma di Indonesia tapi di seluruh negara-negara ASEAN, sehingga jadi benchmark sangat baik bagi mahasiwa maupun institusi," ujar Wiryono.