Kamis 27 Sep 2018 10:18 WIB

Mahasiswa Brawijaya Berhasil Ubah Kotoran Jadi Listrik

Tim menggunakan kotoran sapi sebagai prototipe.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Pekerja membersihkan badan sapi jumbo di peternakan sapi. ilustrasi
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Pekerja membersihkan badan sapi jumbo di peternakan sapi. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) lintas fakultas sukses mengembangkan alat Microbial Fuel Cell yang berfungsi untuk mengubah kotoran menjadi listrik. Penelitian ini bahkan sukses mendapatkan sejumlah penghargaan internasional, belum lama ini.

Inovasi generasi muda ini sempat mengikuti kompetisi 10th International Exhibition of Inventions and 3rd World Innovation and International Invention Forum 2018 yang diselenggarakan pada 13 sampai 15 September di Foshan, Guangzhou, Cina. Tak disangka, penelitian ini memperoleh tiga penghargaan sekaligus di ajang bergengsi tersebut. Ketiga penghargaan tersebut, yakni Silver Medal serta International Invention Award dariMalaysian Association of Research Scientists (MARS) dan Young Innovator Award dari Citizen Innovation Singapore.

Ketua Tim UB, Naila El’ Arisie, menjelaskan, penelitian yang dilakukan oleh timnya ini memakan waktu tiga bulan. Penelitian ini terinspirasi dari yang sudah dilakukan sejumlah peneliti di luar negeri. Tim lebih berinisiatif untuk mengaplikasikan dan membuktikan secara langsung.

“Kami lihat di Indonesia belum pernah ada yang mengaplikasikan. Jadi kami ingin membuktikan, betul bisa atau tidak. Lalu dicoba juga diintegrasikan dengan aplikasi perangkat lunak,” kata mahasiswa dari Jurusan Teknik Industri ini.

Selain Naila, penelitian melibatkan mahasiswa lintas jurusan lainnya. Beberapa di antaranya seperti Muhammad Khuzain (Fakultas Teknik), I Wayan Angga Jayadiyuda (Fakultas Teknik) dan Muhammad Syarifuddin (Fakultas Ilmu Komputer). Kemudian Firdausi (Fakultas Pertanian), Rina Ervina (Fakultas Ekonomi & Bisnis), Tubagus Syailendra W (Fakultas Ilmu Sosial & Politik) dan Hendra Surawijaya (Fakultas Kedokteran Hewan). Penelitian dibimbing langsung oleh dosen Eka Maulana.

Mengenai alatnya ini, Naila mengungkapkan, bentuknya semacam chamb dari akrilik yang memakai bantuan PEM (Proton Exchange Membrane). Sementara kotoran di penelitian ini berfungsi sebagai substrat. Dalam hal ini bertujuan untuk membangkitkan listrik karena kandungan bakteri elektroaktifnya.

Untuk prototipe, Naila menerangkan, timnya menggunakan kotoran sapi terlebih dahulu. Sementara aplikasi perangkat lunak yang dibuatnya akan memiliki fungsi untuk mengontrol suhu. Tidak hanya itu, juga mengatur kelembapan, tegangan serta arus yang dihasilkan.

Dari pengukuran alat didapatkan, kata dia, setiap chamber ternyata bisa menghasilkan tegangan satu volt. "Karena tiga chamber, alat tersebut dapat menghasilkan tiga volt dan bisa dinaikkan menjadi 22 volt menggunakan boost converter," tambah dia melalui pesan singkat kepada wartawan, Rabu (26/9) lalu.

Naila berharap penelitiannya ini dapat diaplikasikan ke peralatan rumah tangga di Indonesia. Terlebih lagi di daerah-daerah terpencil yang belum teraliri listrik. Menurut dia, harapan ini dapat berjalan lancar jika alat diperbanyak jumlah chamber-nya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement