Kamis 25 Oct 2018 14:42 WIB

Pengurangan Kuota SNMPTN 2019 Dinilai Positif

Anak akan bersaing berdasar pada potensi akademik dan kreativitas

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah peserta Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) mengerjakan soal ujian tertulis di SMK Negeri 5 Jakarta, Selasa (12/6).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah peserta Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) mengerjakan soal ujian tertulis di SMK Negeri 5 Jakarta, Selasa (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kuota Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2019 yang dikurangi 10 persen menjadi 20 persen minimal dari daya tampung keseluruhan PTN dinilai positif. Dengan begitu anak akan bersaing berdasar pada potensi akademik dan kreativitas masing-masing, tanpa dipengaruhi akreditasi sekolah masing-masing.

"Untuk pengurangan 10 persen jalur SNMPTN saya rasa baik karena memberikan kesempatan yang besar untuk siswa sekolah tertentu yang selama ini siswa yang diterima di SNMPTN-nya kecil," ungkap Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 7 Kota Bogor Acep Sukirman saat dihubungi Republika, Kamis (25/10).

SNMPTN tahun 2019 juga masih berbasis akreditasi sekolah, artinya siswa yang sekolahnya terakreditasi bagus memiliki peluang diterima lebih besar ketimbang siswa yang sekolahnya terakreditasi rendah. Menurut Acep, dengan pola demikian seleksi tidak lagi terfokus pada kemampuan siswa sehingga cenderung tidak efektif. Karenanya dengan porsi kuota SBMPTN yang lebih besar, penyeleksian akan lebih objektif dan terfokus pada kemampuan anak.

"Dengan SBMPTN siswa harus mengandalkan kemampuan diri sendiri tanpa dibantu indeks atau citra sekolah," ucap dia.