REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah menargetkan seribu technopreneur pada 2020. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan generasi milenial sangat berperan penting dalam menerapkan industri 4.0.
Pada era industri digital, valuasi bisnis mencapai 100 miliar dolar AS dan total nilai e-commerce sebesar 130 miliar dolar AS. Dia menjelaskan, kesempatan tersebut dapat dilakukan sebab Indonesia akan menikmati masa bonus demografi hingga tahun 2030. Artinya, sebanyak 130 juta jiwa yang berusia produktif dapat mengambil kesempatan baru untuk mengembangkan bisnis di era digital.
“Karena itu, pemerintah fokus memacu agar anak-anak muda yang termasuk generasi milenial di Tanah Air paham terhadap dunia digital,” kata Airlangga dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (17/5).
Untuk meningkatkan kemampuan di era digital, pihaknya memberikan program berupa reskilling (pelatihan kemampuan baru) dan upskilling (peningkatan kemampuan) yang dapat menjadi kunci pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dalam mengimplementasikan ekonomi digital.
Dia menilai, program reskilling dan upskilling itu diperlukan karena digitalisasi ekonomi membutuhkan skill set yang berbeda dengan ekonomi sebelumnya. Untuk itu, generasi muda perlu paham atau literasi terhadap dunia digital.
Namun demikian, menurut Airlangga, minimal terdapat tiga pengetahuan yang harus dikuasai oleh generasi milenial, yakni bahasa Inggris, coding, dan statistik. Dalam industri digital, bahasanya yang digunakan adalah coding, baik itu dalam ekosistem Android maupun IoS.
“Kemudian ini juga digunakan dalam internet of things dan artificial intelligence,” kata dia.
Sementara itu, lanjut Airlangga, ilmu statistik menjadi bekal penting karena untuk memahami pengetahuan terhadap data. Apalagi, dalam era ekonomi digital, big data bagian yang tak pernah terpisahkan. Pengetahuan-pengetahuan tersebut menurut dia wajib dikuasai oleh generasi milenial, guna masuk dalam ekonomi digital yang besar.