REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tenun di Kesultanan Tidore, yang dikenal dengan nama Puta dino, sudah punah. Kain, alat tenun, maupun pengrajin sudah tidak lagi dapat dijumpai berada di antara masyarakat Tidore-Maluku Utara, padahal Kesultanan dan masyarakat Tidore masih mempertahankan banyak tradisi dan ritual yang mengharuskan berpakaian adat, yang salah satunya adalah pemakaian kain tenun.
Anitawati (46), seorang perempuan kelahiran Soasio Tidore, yang juga seniman keramik, tergerak mengajak para pemuda Tidore (Ngofa Tidore) untuk menghidupkan kembali budaya menenun guna melahirkan kembali Puta dino. Anitawati, yang masih bagian dari keluarga Kesultanan Tidore, meyakini bahwa kesultanan Tidore memiliki sejarah tenun.
Jejak-jejak peninggalan tenun di Tidore ditelusuri. Dengan dukungan penuh Bank Indonesia (BI) cabang Maluku Utara, gerakan melahirkan kembali Puta dino ini telah menghasilkan kreasi 10 motif tenun Tidore. Karya seni ini menggambarkan kejayaan Kesultanan Tidore dan keindahan alamnya.
Dalam upaya menemukan kembali motif-motif tenun Tidore, Anitawati memerlukan pendampingan melalui kerja ilmiah para periset dan pengabdi masyarakat UI. Dengan memanfaatkan Program hibah dengan skema IPTEKS bagi Masyarakat (IbM), yang didanai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) UI Tahun 2019, Tim Pengmas Tenun Tidore FIB UI, mendampingi konsultasi akademis kepada Anitawati dan Ngofa Tidore untuk merevitalisasi Puta Dino dengan model revitalisasi berbasis translokal.
Model Revitalisasi Berbasis Translokal ini melibatkan masyarakat Tidore sebagai pemilik asli kebudayaan Puta dino, Anitawati, Ngofa Tidore, dan masyarakat luas di Jakarta. Juga wilayah Jepara, sebagai tempat belajar menenun bagi komunitas Ngofa Tidore. Karena di Tidore sudah tidak ditemukan lagi individu atau kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan menenun.
Target program ini adalah mengumpulkan dan menganalisis motif tenun Tidore, serta mengelaborasi makna historis dan filosofis motif-motifnya. Kemudian menghidupkan kembali kebudayaan menenun di masyarakat desa Soasio, Tidore-Maluku Utara. Pendampingan tahap awal yang sudah dimukai sejak Januari 2019 ini akan ditindaklanjuti melalui kerja sama yang lebih kuat antara FIB UI dengan Kesultanan Tidore-Maluku Utara, dan juga BI cabang Malut.
Dengan kekuatan 10 penenun yang bekerja di Rumah Tenun di desa Soasio-- yang dibangun dengan bantuan dana BI-- karya kreasi anak-anak muda Tidore menjadi salah satu dari 370 kelompok Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang lolos seleksi dari 898 UMKM Indonesia yang berhak tampil di pameran Karya Kreatif Indonesia 2019 di Jakarta pada 12—14 Juli 2019.