REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Tenun gadod merupakan salah satu atraksi budaya di Desa Nunuk Baru, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Biasanya tenun gadod digunakan dalam pembuatan selendang, karembong, dan boeh. Bahan baku pembuatan tenun gadod menggunakan kapas murni yang ditanam sendiri oleh warga. Sayangnya jumlah antara bahan baku dan sumber daya manusia tidak sebanding dengan kenaikan jumlah permintaan di pasar.
Dari delapan pengrajin tenun gadod, pengrajin yang masih aktif hanya empat orang dan merupakan lanjut usia (lansia). Kurangnya perhatian pemerintah, inovasi, peran pemuda desa dan kondisi para pengrajin tenun yang sudah lanjut usia menjadikan tenun sulit berkembang.
Makin panjangnya rantai generasi membuat pengaplikasian teknik tenun juga semakin berkurang. Melihat kondisi tersebut mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) IPB University berinisiatif untuk mengadakan pelatihan tenun gadod sebagai upaya untuk melestarikan budaya yang menjadi khas dari Desa Nunuk Baru.
Proses pembuatan tenun gadod.
Siaran pers IPB yang diterima Republika.co.id, Jumat (23/8) menyebutkan, pelatihan tenun gadod merupakan salah satu program kolaborasi Kuliah Kerja Nyata Tematik(KKN-T) yang dilakukan oleh mahasiswa IPB University dan Universitas Majalengka. Pelatihan tersebut ditargetkan untuk para pemuda Desa Nunuk Baru Majalengka.
Pelatihan ini diikuti oleh murid Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Tujuan diadakan kegiatan tersebut adalah tenun gadod memiliki penerus, memiliki nilai tambah, serta dikenali lebih awal oleh generasi anak muda.
Siaran pers itu juga menyebutkan, kegiatannya berupa teknik memintal kapas mentah menjadi benang. Pembuatan kain tenun membutuhkan waktu yang lama karena harus melewati beberapa tahap. Ada tujuh tahap yaitu ‘malet’, ‘ngalawayan’, ‘mihane’, ‘nyeksrek’, ‘nyurupkeun’, ‘ngaliarkeun’, dan ‘nenun’.
“Setiap tahap dan proses tenun gadod memiliki nilai filosofis tentang kehidupannya masing-masing,” ujar Mak Maya, salah satu pengrajin tenun gadod.