Kamis 03 Oct 2019 16:17 WIB

Menristekdikti: Riset Jangan Hanya Berhenti di Perpustakaan

Kemenristekdikti telah mengeluarkan dana Rp 280 miliar untuk riset.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Muhammad Hafil
Penelitian (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Moch Asim
Penelitian (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kememristekdikti) menyelenggarakan Inovasi Inovator Indonesia Expo (I3E) di Jakarta Convention Center (JCC). Di dalam kegiatan ini, sebanyak 404 produk inovasi binaan Kemenristekdikti dipamerkan.

Di dalam kesempatan tersebut, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) mengatakan jangan sampai riset hanya berhenti di perpustakaan. Riset, kata dia harus berkembang menjadi inovasi yang memberi manfaat.

Baca Juga

Ia mengatakan, salah satu cara pemerintah untuk mendorong hilirisasi riset adalah mengadakan pameran I3E. Diharapkan, melalui kegiatan ini para inovator bisa bertemu dengan investor dan mengembangkan riset menjadi produk komersial.

"Menghadapi persaingan global, tantangan kita cukup berat tahun ini. Bahkan tahun depan akan lebih berat lagi. Manakala produknya tergantung pada barang impor, pasti akan mengalami kesulitan. Tapi dengan adanya produk lokal ini sustainability-nya akan jauh lebih baik," kata Nasir, ditemui usai membuka I3E, Kamis (3/10).

Hingga saat ini, Kemenristekdikti memiliki 1.307 Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) atau startup pemula dan Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT). Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti Jumain Appe mengatakan, di dalam I3E, sebanyak 404 produk inovasi dipamerkan.

"Terdiri dari 249 hasil produk inovasi dari PPBT, 132 produk inovasi dari program pendanaan CPPBT, dan 23 produk inovasi dari pendanaan inovasi industri yang semuanya adalah karya anak negeri sendiri," kata Jumain menjelaskan.

Jumain menuturkan, saat ini sebagian besar dibiayai pemerintah. Tujuannya adalah agar perusahaan-perusahaan pemula ini menunjukkan pertumbuhan agar nantinya bisa menarik investor dari piha swasta.

Nasir mengatakan saat ini pihaknya membina 1.307 perusahaan startup dalam bidang teknologi. Nasir mengatakan, dari jumlah tersebut sebanyak 13 perusahaan sudah masuk ke dalam kategori perusahaan //mature//.

Ia mengatakan, pihaknya menargetkan peningkatan perusahaan startup hingga tahun 2024 sebanyak tiga kali lipat. Target yang tinggi tersebut, kata Nasir juga didasarkan kepada Badan Riset Nasional yang nantinya akan menjadi tempat integrasi riset-riset yang ada di Indonesia.

"Supaya nanti tahun 2020-2024 bisa sampai tiga kali lipat. Kalau 2024 harus sampai 4.000-an. Kalau bisa capai angka itu, yang akan mature sekitar di angka 150. Itu yang harus kita jaga," kata Nasir.

Dia mengatakan, untuk bisa meningkatkan jumlah perusahaan startup pendampingan yang dilakukan harus konsisten dan berkesinambungan. Nasir mengatakan, pihaknya melakukan pembinaan dan evaluasi.

"Pembinaan kami lakukan, ada evaluasi tahapan berikutnya. Kalau ini jadi startup yang baik ini akan sampai ke Kemenperin, Kemendag, maupun kementerian terkait lainnya. Ini yang penting, kalau tidak, tidak mungkin ini jalan," kata dia.

Selama lima tahun terakhir, Kemenristekdikti menggelontorkan dana sebesar Rp 280 miliar untuk melakukan pembinaan perusahaan startup pemula. Untuk tahun 2019, Kemenristekdikti menggelontorkan dana Rp 64 miliar.

Salah satu produk yang dipamerkan adalah La Helist (Lampu Hemat Listrik) yang merupakan lampu emergency. Lampu yang merupakan inovasi dari mahasiswa S1 Teknik Mesin UGM, Fadiela ini menggunakan baterai sebagai sumber energinya.

Fadiela mengatakan ide awal dari dibuatnya lampu ini adalah, daerahnya di Blora sering terjadi mati lampu. Oleh karena itu, ia berinisiatif mencoba membuat lampu darurat yang tidak perlu menggunakan listrik.

"Lampu ini menggunakan baterai yang biasa digunakan di jam dinding, jadi aman. Ini ide awalnya di daerah saya yaitu Blora seirng mati listrik kalau musim penghujan. Tetangga saja pernah terjadi kebakaran karena pakai lilin. Makanya muncul ide ini," kata Fadiela.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement