Jumat 20 Dec 2019 23:50 WIB

Aksi Dalang Cilik dalam Pergelaran Wayang Kulit di UII

Pergelaran wayang kulit bentuk pelestarian budaya.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Nashih Nashrullah
Pakeliran Padat Wayang Kulit. Dalang muda Muhammad Zaki Kaditama tampil saat pakeliran padat wayang kulit dengan lakon Gatutkaca Wisuda di Auditorium Abdulkahar Muzakir, UII, Yogyakarta, Rabu (18/12).
Foto: Republika/ Wihdan
Pakeliran Padat Wayang Kulit. Dalang muda Muhammad Zaki Kaditama tampil saat pakeliran padat wayang kulit dengan lakon Gatutkaca Wisuda di Auditorium Abdulkahar Muzakir, UII, Yogyakarta, Rabu (18/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Universitas Islam Indonesia (UII) menghelat pergelaran wayang kulit. Agenda yang bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan DIY dan Dinas Kebudayaan Sleman itu mengangkat lakon Gatutkaca Winisuda.  

Rektor UII, Fathul Wahid, mengatakan kegiatan ini tidak cuma sebagai jembatan pembangunan karakter bagi mahasiswa. Tapi, dimaksudkan pula sebagai salah satu langkah UII dalam melestarikan kebudayaan.

Baca Juga

"Membangun karakter mahasiswa dapat dilakukan melalui beragam kanal, kanal budaya ini melengkapi kanal yang telah dilakukan UII," kata Fathul di Auditorium Abdul Kahar Mudzakir, Kamis (19/12).

Kepala Dinas Kebudayaan Sleman, Aji Wulantara, mengungkapkan terima kasihnya kepada UII. Sebab, telah berperan serta dalam menjaga dan melestarikan budaya sebagai bagian dari visi PemKab Sleman.

"Visi itu yakni terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih sejahtera, mandiri, berbudaya dan terintegrasinya sistem e-government menuju smart regency (Kabupaten Cerdas) pada 2021," ujar Aji.

Dia menerangkan, salah satu contoh masyarakat yang berbudaya tidak perlu secara teori masyarakat berbudaya itu seperti apa. Tapi, dia merasa, UII telah memberi contoh masyarakat berbudaya tersebut.

"Candi Kimpulan (salah satu candi bersejarah yang masih ada di tengah-tengah UII) dijaga dan dirawat, dam mahasiswa UII punya keinginan untuk merawat budaya dengan hadir di acara ini," kata Aji.

Aji menambahkan, penampilan wayang yang berpadu dengan suara gamelan, sangat akrab dengan nilai-nilai kehidupan. Dia berpendapat, di dalam gamelan itu menyimpan dinamika kehidupan. 

Bahkan, jika melihat peralatan wayang sebenarnya menggambarkan dinamika kehidupan. Dinamika yang digambarkan gamelan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari yaitu jika kita melihat dinamika bunyinya.

photo
Pakeliran Padat Wayang Kulit. Sinden mengiringi dalang muda Muhammad Zaki Kaditama tampil saat pakeliran padat wayang kulit dengan lakon Gatutkaca Wisuda di Auditorium Abdulkahar Muzakir, UII, Yogyakarta, Rabu (18/12).

Pergelaran Wayang sendiri dibawakan Muhammad Zaki Kaditama, merupakan siswa Kelas 2 SMP N 1 Kalasan yang pernah mendulang banyak penghargaan sebagai dalang. Mulai dari juara satu di Sleman, DIY sampai nasional.

Bagi Zaki, kecintaannya terhadap wayang bermula sejak kecil. Saat itu, ayahnya sering membelikannya mainan yang mana mainan itu sendiri berupa wayang-wayangan. "Makanya, sampai sekarang jadi suka wayang," ujar Zaki.

Tidak sekadar pementasan, Zaki melihat wayang padat dengan tiga hal yaitu tontonan, tatanan dan tuntunan. Untuk cerita yang dipentaskan kali ini, dia merasa ada dua makna mendalam yang dapat dipetik.

"Yaitu bagaimana seorang pemimpin merelakan dua saudaranya meninggal untuk kesejahteraan rakyatnya, dan bagaimana menjadi pemimpin yang jujur dan bijaksana," kata Zaki. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement