Sabtu 04 Feb 2023 07:42 WIB

Kapolri: Polri dan TNI Bersatu Lestarikan Wayang Kulit

Panglima TNI menegaskan sinergi Polri-TNI tak hanya untuk menjaga kedaulatan negara.

Red: Agus raharjo
Ilustrasi pergelaran wayang kulit. Kapolri dan Panglima TNI bekerja sama melestarikan budaya wayang kulit.
Foto: Pemkab Banjarnegara
Ilustrasi pergelaran wayang kulit. Kapolri dan Panglima TNI bekerja sama melestarikan budaya wayang kulit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo dan Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono mengaku bersepakat untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan budaya lewat pergelaran wayang kulit. "Jadi, hari ini sesuai dengan kesepakatan Pak Panglima bahwa kami sepakat untuk terus nguri-nguri budoyo,menjaga dan mengembangkan budaya," kata Sigit di sela acara pergelaran wayang kulit di Lapangan Bhayangkara, Jakarta Selatan, Jumat (3/2/2023) malam.

Polri menggelar pertunjukan wayang kulit dengan lakon "Wahyu Mangkutharama" yang ditampilkan empat dalang. Pergelaran wayang ini merupakan kolaborasi anggota Polri, TNI, aparatur sipil negara (ASN), dan dalang profesional.

Baca Juga

Kegiatan ini merupakan lanjutkan dari komitmen Kapolri dan Panglima TNI untuk menjaga dan melestarikan wayang setelah pada Ahad (15/1/2023) menggelar pertunjukan wayang orang yang dimainkan oleh Kapolri, Panglima TNI, Kasad, Kasal, dan Kasau serta para pejabat utama Polri di Taman Ismail Marzuki Jakarta.

Menurut Sigit, pertunjukan wayang kulit ini juga dalam rangka memerkuat soliditas TNI dan Polri yang selama ini sudah terjalin dengan baik dan kompak. "Harapan kami tentunya soliditas TNI Polri ini akan sangat bermanfaat," katanya.

Manfaat yang dimaksudkan Kapolri adalah masyarakat yang hadir menyaksikan pertunjukan yang berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari komunitas pencinta wayang, komunitas pedalang, organisasi kepemudaan, seniman hingga masyarakat umum dapat merasakan kedekatan dengan TNI dan Polri.

Sigit mengisahkan lakon Wahyu Mangkutharama yang dimainkan oleh empat dalang mengajarkan tentang ajaran Hasto Broto. Yaitu sifat cerminan alam yang harus dimiliki pemimpin teladan.

"Yang jelas, dalam kisah Wahyu Mangkutharama mengandung nilai-nilai filosofi tentang kepemimpinan, tentang apa yang harus dilakukan sehingga masyarakat bersama pemimpinnya kemudian memiliki hubungan yang saling mendukung," kata jenderal polisi bintang empat itu.

Tidak hanya itu, lanjut Sigit, lakon pewayangan ini juga memiliki nilai agar masyarakat memahami apa yang menjadi tugas pemimpinnya. Sigit pun berharap dengan pertunjukan lakon Wahyu Mangkutharama ini masyarakat yang menonton dan juga personel TNI-Polri yang hadir dapat memahami karakter serta nilai-nilai kepemimpinan yang berkarakter baik.

Pesan dalam lakon Wahyu Mangkutharama mengandung makna untuk menjaga persatuan dan kesatuan, khususnya menghadapi tahun politik. "Harapannya karakter-karakter yang baik ini tentunya akan semakin memperkuat persatuan dan kesatuan masyarakat khususnya menghadapi tahun politik. Selalu kami ingatkan setiap saat dengan Pak Panglima bahwa perbedaan pendapat boleh ada, namun yang namanya persatuan dan kesatuan harus selalu dijaga," kata Sigit.

Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menambahkan pergelaran wayang kulit kali ini sebagai wujud kelanjutan dari sinergi TNI dengan Polri. "Sinergi tidak hanya menjaga kedaulatan dan keamanan negara, tetapi juga menjaga kedaulatan budaya. Wayang kulit adalah budaya asli Indonesia yang harus kita lestarikan," kata Yudo.

Pergelaran wayang kulit ini diisi empat dalang. Mereka adalah Ki Sri Kuncoro yang merupakan anggota Brimob, Ki Harso Widisantoso dari TNI Angkatan Laut, Ki MPP Bayu Aji Pamungkas, dan Ki H Yanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement