REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah sedang berupaya membangun sebuah peta jalan pengembangan riset nasional, khususnya terkait hilirisasi produk unggulan. Maksudnya, riset-riset unggul akan disambungkan dengan kebutuhan industri. Nantinya, seluruh hasil riset akan dimanfaatkan oleh industri dalam negeri.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro menyampaikan pemerintah menyiapkan enam produk unggulan yang menjadi priroritas pemerintah dalam hilirisasi hasil riset. Produk pertama yang disebut Bambang adalah drone atau pesawat nirawak mini untuk keperluan militer.
Drone militer ini sudah digarap oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dan Balitbang Kementerian Pertahanan. Drone militer bernama Elang Hitam ini akan dimanfaatkan untuk keperluan kombatan dan diproduksi massal pada 2024.
"Itu rencana awal, tapi melihat kebutuhan di dalam negeri, dan kesiapan desain dan manufaktur, Presiden beri arahan agar dipercepat jadi 2022," jelas Bambang usai rapat terbatas di Kantor Presiden, Kamis (6/2).
Drone militer ini akan dikerjakan secara massal oleh dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang alat utama sistem persenjataan (alutsista), yakni PT Dirgantara Indonesia dan LEN Industri. PTDI akan menggarap manufaktur drone dan LEN akan mengerjakan senjata dan sistem sensor serta radar.
Sementara itu, produk unggulan kedua yang dikembangkan pemerintah adalah bahan bakar nabati atau green fuel. Ilmuwan asal Institut Teknologi Bandung (ITB) disebut telah berhasil menciptkana katalis Merah Putih yang sanggup mengonversi minyak inti sawit menjadi bensin, diesel, dan avtur.
Menyusul keberhasilan pembuatan katalis ini, pemerintah kini merancang bangunan pabrik minyak nabati. Ada dua lokasi percontohan yang akan dijadikan lokasi pabrik, yakni Musi Banyuasin di Sumatra Selatan dan Pelalawan, Riau.
"PT Pupuk Kujang, Pertamina, dan ITB sedang bekerja sama bangun abrik katalis nasional tahun ini," jelas Bambang.
Produk riset unggulan ketiga adalah stem cell untuk pengobatan tulang. Produk ini sudah dikomersilkan oleh Fakultas Kedokteran UI, RS Cipto Mangunkusumo, dan Kimiar Farma. Stem cell yang dimaksud diyakini mampu membantu pemulihan pasien patah tulang.
Selanjutnya, produk keempat adalah garam industri terintegrasi. BPPT, ujar Bambang, kini merancang mesin produksi yang sanggup mengolah garam rakyat dengan kandungan NaCl rendaj, menjadi garam skala industri dengan kandungan NaCl cukup tinggi.
Sementara itu, produk kelima adalah makanan kaleng yang dikembangkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Inovasi makanan kaleng ini memungkinkan penyimpanan makanan dalam periode yang lebih lama. Misalnya, ujar Bambang, makanan khas Yogyakarta yakni gudeg kini bisa disimpan untuk waktu yang lama bila disimpan dalam kaleng rapat.
Terakhir, produk riset unggulan keenam adalah kapal pelat datar yang bisa digunakan oleh nelayan kecil karena biayanya lebih murah. Dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran normal, kapal pelat datar menawarkan ruang yang lebih lega dengan harga 30 persen lebih murah.