REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasie Sistem Pembelajaran Dikti Kemdikbud Eva Wany mengatakan, memang saat ini masih terbatas difabel tertentu yang bisa masuk jurusan tertentu. Sebab untuk difabel membutuhkan banyak perangkat khusus, fasilitas khusus, sarana prasarana khusus, dan juga dosen khusus.
"Misalnya untuk mengajar mahasiswa tuna rungu harus ada volunter untuk menerjemahkan maksud dosennya kepada mahasiswa tersebut. Tidak semua kampus menyediakan itu makanya di dalam syarat SNMPTN memang belum bisa," kata Eva di Jakarta, Rabu, (12/3).
Saat ini, terang Eva, Kemdikbud sedang mendata layanan disabilitas apa saja yang dibutuhkan disabilitas sehingga belum bisa langsung menerima semuanya. Sebenarnya pada 2013, Kemdikbud sudah memfasilitasi empat PTN untuk membuka pusat layanan disabilitas seperti UPI, Unesa, Unibraw, dan UNJ.
"Kami sudah memberikan dana hibah kepada keempat universitas itu untuk membuat layanan disabilitas. Namun memang untuk PTN lain belum semuanya bisa," kata Eva.
Memang, ujar Eva, untuk biologi fisika, kimia cukup susah bagi penyandang tuna netra. Sebab memerlukan kemampuan membedakan warna. Namun, lanjut Eva, untuk tuna rungu tentu saja bisa masuk arsitektur, desain interior, desain grafis, maupun seni.