Kamis 21 Aug 2014 19:45 WIB

Kesehatan Reproduksi Masuk Kurikulum SMP-SMA di Kulonprogo

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Djibril Muhammad
Sistem reproduksi wanita (ilustrasi)
Foto: webmd.com
Sistem reproduksi wanita (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Mulai semester II tahun ajaran baru 2014 seluruh siswa SMP dan SMA baik negeri maupun swasta akan mendapatkan pelajaran kesehatan reproduksi (kespro).

"Kespro ini masuk intrakurikuler atau kurikulum dan sekarang modulnya sudah hampir selesai dibuat," kata Bupati Kulonprogo dr. Hasto Wardoyo, SpOG(K) pada Republika, Rabu (20/8) malam.

Modul pelajaran kespro dibuat oleh tim yang terdiri dari para dokter, guru dan dibantu dari PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia).

Para guru yang akan memberikan pelajaran kesehatan reproduksi sudah mendapat pelatihan. Di samping itu, para dokter khususnya di Puskesmas juga diminta untuk membantu mengajar pelajaran kesehatan reproduksi ke sekolah-sekolah.

Harapannya dengan adanya pelajaran kesehatan reproduksi ini angka kematian ibu bisa turun, masyarakat tidak terkena PMS (Penyakit Menular Seksual), ibu-ibu tidak muda terkena penyakit kanker leher rahim, dan laki-laki juga tidak mudah terkena penyakit kanker dan mandul.

Lebih lanjut Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi ini mengungngkapkan sekarang angka kematian ibu tinggi. Hal ini merupakan fenomena yang mengejutkan. Karena angka kematian ibu di Indonesia sudah sempat turun menjadi 228 per 100 ribu kelahiiran. Namun akhir-akhir ini meningkat lagi menjadi 356 per 100 ribu kelahiran.

Kalau di Kulonprogo angka kematian ibu lima tahun terakhir ini sudah turun sekitar 80-120 per 100 ribu kelahiran, sedangkan sebelumnya di atas 140 per 100 ribu kelahiran.

"Dengan adanya pelajaran kesehatan reproduksi di semua sekolah SMP dan SMA se-Kabupaten Kulonprogo diharapkan angka kematian ibu bisa turun lagi," tuturnya.

Dikatakan Hasto, di daerah pedesaan seperti Kabupaten Kulonprogo angka menikah dini di bawah 20 tahun masih tinggi. Karena tingkat pendidikan rendah dan tidak punya pekerjaan.

Padahal apabila seorang perempuan menikah pada usia 16 tahun. Risiko terkena penyakit kanker leher rahim akan berlipat-lipat dibandingkan bila menikahnya sudah di atas 20 tahun. "Karena itu dengan adanya pelajaran kespro, angka pernikahan dini di Kabuipaten Kulonprogo bisa menurun," jelas Hasto.

Dia menjelaskan dalam menyampaikan pelajaran kespro tidak perlu dengan bahasa porno, melainkan bisa disampaikan secara biologis. Misalnya, pada anak yang sering mengalami pennyakit gondongan bisa membuat seseorang mandul. Sehingga hal itu akan mengganggu kesehatan reproduksi karena dia nanti setelah menikah bisa tidak mempunyai keturunan.

Demikian juga pada anak laki-laki yang hanya mempunyai testis satu, hal itu bisa mengakibatkan penyakit kanker.

Orang tua karena ketidaktahuannya mengabaikan hal itu. Padahal sejak usia TK -SD harus dilakukan tindakan. Bila siswa sejak SMP-SMA sudah diberi tahu, kelak setelah menikah mereka akan lebih memperhatikan anaknya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement