REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA—Tim evaluasi kurikulum 2013 telah memberikan laporan ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan. Tim yang diketuai mantan Dirjen Pendidikan Dasar, Suyanto ditugaskan mengevaluasi kurikulum 2013 yang masih banyak masalah.
Terdapat tiga opsi yang diajukan Suyanto yaitu menghentikan implementasi kurikulum 2013 dengan melakukan penyempurnaan seluruh komponen dan perangkatnya. Kemudian, kurikulum 2013 tetap dilanjutkan bagi sekolah yang sudah siap sambil dilakukan perbaikan. Opsi terakhir yaitu meneruskan kurikulum 2013 dilaksanakan di seluruh sekolah sambil melakukan perbaikan.
Menanggapi hasil evaluasi tersebut, Kepala Sekolah SMPN 3 Berbah, Sleman, Yogyakarta Dwi Handayani mengatakan, meskipun kurikulum 2013 bagus untuk perkembangan siswa namun, diakuinya masih banyak masalah dalam prakteknya. Kurangnya buku ajar masih menjadi kendala.
“padahal semesteran sudah,” ujar Dwi, kepada Republika, Kamis (4/12).
Selain persoalan buku, kata Dwi, guru di sekolahnya mengalami kesulitan dalam hal penilaian. Pasalnya, banyak item sebagai penilaian yang harus dilakukan guru. Karenanya, guru masih belum bisa menyesuaikan dengan ketentuan yang ada di Kurikuum 2013.
Kemudian, menurut Dwi, dari segi waktu juga tidak mencukupi jika harus mengikuti ketentuan dari kurikulum 2013. Meski demikian, Dwi menyetujui kurikulum 2013 tetap dilanjut namun harus perbaikan.
Sementara itu, Darmin Prihatin, guru di MTs Nglipar Gunung Kidul dan MAN Wonosari mengakui mengalami kesulitan dalam melaksanakan kurikulum 2013. Namun, menurut Darmin, kurikulum tersebut sulit jika diterapkan anak di usia SMP. “belum bisa untuk diajak diskusi,” ujar Darmin, saat dihubungi Republika, Kamis (4/12).
Menurutnya, kurikulum 2013 lebih bisa diterapkan pada siswa SMA. Selain itu, setiap sekolah dengan fasilitas yang minim, kata Darmin, juga membuat implementasi kurikulum 2013 cukup menyulitkan.
Ia bahkan menggunakan kurikulum KTSP dalam mengajar di MTS Nglipar. Hal tersebut untuk memudahkan Ia dalam proses belajar mengajar.
Affa Saputri, guru di SMP Sunan Averoes Jalan Wonosari mengatakan, lebih menggunakan kurikulum KTSP daripada kurikulum 2013. Akan tetapi kurikulum KTSP juga harus diperbaiki. Ia mengatakan, kurikulum 2013 mematikan kreatifitas guru. Sebab, kurikulum 2013, jelas Affa, semua terpusat mulai dari materi.
“padahal fasilitas di setiap sekolah kan berbeda apalagi disekolah saya baru,” kata Affa, saat dihubungi Republika, Kamis (4/12).