REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mantan Presiden RI BJ Habibie memberikan penghargaan BJ Habibie Technology Award (BJHTA) kedelapan kepada Ilmuwan Indonesia, Warsito Purwo Taruna. Penghargaan diberikannya karena temuan Electrical Capacitance Volume Tomography (ECTV).
Warsito mengatakan, ECVT merupakan pendeteksi kanker otak dan payudara. “Alat ini memanfaatkan energi terbuang,” ujar Warsito saat Konferensi Pers di Gedung BPPT II, Jakarta, Kamis (20/8).
Warsito mengaku pengembangan teknologinya ini memang sempat dan masih dianggap kontroversial di dunia medis. Hal ini karena alatnya menggunakan gelombang pinggiran. Sementara pada pengembangan teknologi umumnya memakai gelombang utama.
Menurut Warsito, gelombang pinggiran yang dianggap terbuang itu ternyata memiliki manfaat yang cukup baik. Ia berpendapat, gelombang ini mengandung banyak sekali informasi yang dapat diekstrak. Sehingga, tambah dia, informasi tersebut bisa didigitalisasi ke komputer.
Pada umumnya, pengembangan teknologi dengan gelombang utama akan membutuhkan energi yang sangat besar, yakni hingga 200 volt. Sedangkan, gelombang pinggiran hanya membutuhkan rendah. Oleh karena itu, ia menggunakan gelombang pinggiran pada temuannya ini.
Dalam masa penelitiannya, Warsito mengungkapkan, penemuan teknologi ini telah melalui proses panjang. Ia menerangkan, temuannya ini sempat terkendala karena terbatasnya infrastruktur dan lingkungan. Meski begitu, ia tetap berharap teknologi ini dapat membawa Indonesia sejajar dengan negara lain dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi (PIPTEK) ke depan.
Pada kesempatan yang sama, Warsito menjelaskan, temuannya ini telah membuahkan hasil sekitar 78 persen. Artinya, 78 persen pemakai alat itu berhasil bertahan dari penyakit kanker otak maupun payudara. Bahkan, kata dia, terdapat pula yang merasa membaik semenjak menggunkannya.